Oleh Muz MF. Latuconsina
Di tanah adat yang kita cintai ini Bupolo yang bertabur nilai dan warisan leluhur kebersihan bukan sekadar urusan kasat mata, melainkan cermin dari tata hidup yang beradab.
Maka tak berlebihan jika langkah awal Bupati Buru, Ikram Umasugi, dalam program 100 hari kerjanya akan menghadirkan tempat sampah kering di halaman-halaman rumah warga Namlea, patut kita sambut sebagai langkah kecil yang menanam nilai besar.
Orang tua-tua di negeri adat kita sering berkata,
“Kampong bersih, adat hidup.”
Artinya: jika lingkungan ditata, maka martabat dan jati diri sebagai masyarakat adat akan tetap terjaga.
Halaman rumah yang bersih bukan hanya membuat nyaman tamu dan keluarga, tetapi juga menjaga wajah negeri dari rasa malu dan cemar.
Dalam Islam agama yang dianut mayoritas masyarakat Buru kebersihan bahkan menjadi bagian dari iman. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Kebersihan adalah sebagian dari iman.” (HR. Muslim)
Bahkan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
Ini memberi kita landasan spiritual bahwa menjaga kebersihan rumah, halaman, dan lingkungan bukan hanya soal pemerintah, tapi juga panggilan iman.
Hal serupa diajarkan dalam tradisi Kristen, Katolik, Hindu maupun kepercayaan lokal: bahwa menjaga ciptaan Tuhan adalah bagian dari ibadah.
Maka tong sampah yang akan hadir di depan rumah warga bukan benda mati, tapi peringatan hidup—bahwa iman tanpa tanggung jawab sosial adalah kehampaan.
Tong sampah itu bisa jadi sunyi, diam, tak bersuara. Tapi kehadirannya di halaman rumah nanti adalah ajakan terbuka agar kita membuang ego, membuang malas, membuang sembarangan, dan mulai merawat rumah bersama bernama Namlea.
Pemerintah telah memulai dengan menyediakan tempatnya. Sekarang, warga yang menentukan isinya.
Apakah tong itu akan jadi saksi perubahan?
Atau hanya jadi tong kosong karena kesadaran belum ikut datang?
Mari kita buktikan bahwa “siapa menjaga halaman, dialah menjaga negeri.”
Mari buktikan bahwa kita tak hanya rajin berdoa, tapi juga bersih di perbuatan.
Karena bersih di kampong, itu tanda kita layak terhormat di negeri.
Kaperwil Maluku (SP)