A-R-T-I-K-E-L: Dominasi Global dan Konflik Geopolitik: Siapa Pengendali Dunia?

Ket.Gambar : Ilustrasi Konflik Perang Dunia 

Selama lebih dari tujuh dekade, dunia telah menjadi saksi atas pertarungan ideologi, kekuatan militer, dan kepentingan geopolitik dari negara-negara adidaya.

Di balik layar, muncul narasi yang menyebutkan bahwa berbagai konflik dan kekacauan global merupakan hasil dari rekayasa sistematis kekuatan besar—terutama kolaborasi antara Israel, Amerika Serikat, dan Arab Saudi.

Bacaan Lainnya

Islam Dijadikan Alat Politik Global

Munculnya berbagai gerakan seperti Islam radikal, ekstremisme, terorisme, hingga kelompok seperti ISIS dan HTI, sering dikaitkan dengan skenario yang lebih besar:

Pengendalian ideologi Islam untuk kepentingan politik luar negeri. Beberapa kalangan percaya bahwa kekuatan besar telah memanfaatkan varian Islam tertentu—terutama Sunni versi Wahabi yang dikembangkan dan disebarkan oleh Arab Saudi—sebagai alat untuk memecah belah dunia Islam, khususnya untuk melemahkan Islam Syiah di Iran, Irak, dan bahkan China.

Target: Iran, Irak, dan China

Perang Iran-Irak (1980–1988), yang kemudian berujung pada invasi Kuwait oleh Irak dan dimulainya Perang Teluk tahun 1991, dianggap sebagai bentuk nyata dari intervensi kekuatan asing untuk menguasai kawasan strategis Timur Tengah.

Narasi yang dibangun saat itu—seperti tuduhan bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal—belakangan terbukti tidak berdasar.

Ini memperkuat keyakinan bahwa retorika politik semacam itu hanyalah dalih untuk melakukan intervensi militer, menjatuhkan rezim, dan menguasai sumber daya alam.

Eksekusi Saddam Hussein dan tekanan terhadap Iran karena program nuklirnya juga dinilai sebagai bagian dari strategi hegemonik untuk memastikan tidak ada kekuatan Islam independen yang tumbuh dan menyaingi dominasi Barat dan sekutunya.

Geopolitik dan “Premanisme” Global

PBB, WHO, WTO, dan lembaga-lembaga global lainnya sering kali dituding tidak netral dan menjadi alat kepentingan kekuatan besar.

Dunia seolah dipaksa untuk tunduk pada satu tatanan global yang dikendalikan oleh poros Washington–Tel Aviv–Riyadh.

Negara-negara yang mencoba keluar dari tatanan ini—baik karena ideologi, sistem ekonomi, maupun posisi geopolitik—akan segera mendapat tekanan, sanksi, atau bahkan invasi militer.

Tiongkok: Kekuatan Penyeimbang

Di tengah dominasi global yang dianggap tidak adil ini, Tiongkok (China) muncul sebagai kekuatan baru yang mampu menyeimbangkan tatanan dunia.

Dengan kemajuan luar biasa dalam bidang ekonomi, teknologi, dan militer termasuk pengembangan rudal balistik antarbenua Tiongkok kini menjadi satu-satunya negara yang secara nyata ditakuti oleh kekuatan adidaya lama.

Banyak yang menafsirkan bahwa ajaran Nabi Muhammad SAW tentang

“menuntut ilmu hingga ke Negeri China” adalah bentuk simbolik dari penghargaan terhadap kebijaksanaan, teknologi, dan kekuatan peradaban Timur yang kini bangkit.

Kesimpulan

Dunia sedang berada di persimpangan sejarah. Pertarungan antara dominasi lama dan kekuatan baru sedang berlangsung secara terbuka.

Apakah dunia akan terus tunduk pada tatanan yang dikendalikan oleh satu poros kekuatan, atau akan melihat kebangkitan blok baru yang menantang dominasi tersebut?

Waktu yang akan menjawab. Namun satu hal pasti: dalam dunia yang terus bergerak, keadilan, kemerdekaan, dan keseimbangan kekuatan tetap menjadi cita-cita bersama umat manusia.

.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *