A-R-T-I-K-E-L : Selamat Jalan, Sang Seniman Sufi Indra Sutan Harahap, ST

Teks Foto : Foto Indra Sutan Harahap,ST (Kabid KIPS Diskominfo Labuhanbatu) semasa masih hidup

Labuhanbatu-fokuspost.com-Langit Labuhanbatu seakan ikut berduka. Awan kelabu menggantung rendah ketika kabar kepergian Indra Sutan Harahap, ST., Kepala Bidang Komunikasi, Informasi, Publik, dan Statistik (KIPS) Dinas Kominfo Labuhanbatu, menyebar pada Senin sore (08/12).

Bacaan Lainnya

Sosok yang selama ini menaburkan ketenangan, kesantunan, dan cahaya spiritual itu berpulang ke Rahmatullah di RSUD Rantauprapat.

Rumah duka di Jalan H. Adam Malik, Gang Coca-Cola Lama, Sirandorung, dipenuhi pelukan, doa, dan air mata.

Ratusan pelayat datang, mulai dari pimpinan OPD, ASN, sahabat dekat, hingga guru anak-anak almarhum. Semuanya hadir dengan hati yang terasa runtuh kehilangan satu figur terbaiknya.

Pada Selasa pagi (09/12), upacara penghormatan terakhir dipimpin langsung oleh Kepala Dinas Kominfo Labuhanbatu, Ahmad Fadly Rangkuti, ST., M.Kom. Dengan suara bergetar, ia berdiri di hadapan jenazah sahabat dan bawahannya yang begitu ia hormati.

“Atas nama Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu, kami menyampaikan duka yang teramat dalam… Beliau bukan hanya pegawai, tetapi cahaya bagi kami. Terima kasih atas seluruh pengabdian, ketulusan, dan kebaikan yang tak pernah berhenti beliau berikan,” ucapnya sambil menahan air mata.

“Semoga Allah SWT menempatkan beliau di tempat terbaik, dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan.”tambahnya.

Sosok Biasa dengan Jiwa yang Luar Biasa

Lahir di Rantauprapat pada 23 Mei 1976, Indra Sutan Harahap memulai perjalanan sebagai aparatur negara pada 1 April 2006. Tanpa sensasi, tanpa ambisi jabatan, beliau menjalani setiap tugas dengan ketenangan seorang pendidik dan keikhlasan seorang hamba.

Namun banyak yang tidak tahu: di balik kesederhanaannya, ia adalah seorang “Seniman Sufi”.

Julukan itu bukan sekadar gelar. Ia memang hidup dengan kedalaman hati yang jarang dimiliki manusia modern.

Dalam keheningan, ia mencintai Tuhan. Dalam kesederhanaan, ia mencintai sesama. Dan dalam setiap tutur katanya, selalu terselip pesan bagi siapa pun yang ingin belajar tentang makna hidup.

Suatu ketika ia pernah berkata lirih:

Banyak orang tidak tahu siapa kita sebenarnya, Bang… Aku sering menutupi diri, karena sejatinya diri ini hanya untuk dikenal oleh Tuhan.”

Ia kemudian melanjutkan dengan tatapan teduh:

Untuk mengenal Tuhan, kita harus melepaskan akal dan ilmu. Karena Allah tidak bisa dijangkau oleh akal. Carilah jalan pulang yang sesungguhnya agar kita tidak tersesat.”

Ia lalu menuturkan empat Maqom yang selalu ia jadikan pegangan hidup:

  • Syariat membenahi tubuh,
  • Tarikat membenahi hati,
  • Hakikat membenahi jiwa,
  • Makrifat membenahi rasa.

Dan ia menutup dengan kalimat yang kini menjadi warisan spiritualnya:

Siapa yang hanya beribadah dengan syariat, ia menyembah kekosongan.
Siapa yang beribadah dengan tarikat, ia mengenal siapa yang ia sembah.
Siapa yang beribadah dengan hakikat, ia sampai kepada yang disembah.
Dan siapa yang beribadah dengan makrifat… maka hilanglah jarak antara penyembah dan Yang Disembah.”

Kata-kata itu kini menjadi doa yang mengiringinya menuju keabadian.

Jejak Kebaikan yang Tak Akan Pudar

Indra Sutan Harahap bukan sekadar pejabat. Ia adalah teman bicara yang menenangkan, kakak yang selalu ada, mentor tanpa pamrih, dan pemimpin yang tak pernah meninggi.

Di kantor, banyak yang mengenangnya sebagai sosok yang tidak pernah menolak permintaan bantuan sekecil apa pun.

“Beliau terlalu baik… terlalu tulus… sulit mencari yang seperti beliau lagi,” ujar seorang sahabat terdekatnya  sambil menangis.

Bagi keluarganya, ia adalah suami setia dan ayah penyayang. Empat anak yang ditinggalkannya adalah saksi bagaimana seorang ayah mencintai tanpa suara, namun terasa sepanjang usia.

Perjalanan ke Peristirahatan Terakhir

Setelah prosesi penghormatan di rumah duka, jenazah dishalatkan lalu diantar menuju TPU Kampung Sawah. Di sepanjang jalan, isak tangis menggema. Tiap langkah para pengantar seperti membawa kepingan kenangan bersama almarhum.

Saat jenazah diturunkan ke liang lahat, beberapa rekannya tak mampu menahan tangis. Mereka merasa seperti kehilangan seorang penuntun dalam diam, seorang yang selama hidupnya lebih banyak memberi daripada meminta.

Tanah terakhir menutupi jasadnya dengan lembut, seolah memberi pelukan perpisahan kepada seseorang yang hidupnya adalah ibadah yang terus mengalir.

Selamat Jalan, Sang Seniman Sufi

Kepergianmu adalah kehilangan besar bagi Labuhanbatu.
Namun kebaikanmu, tutur lembutmu, ketenanganmu, dan pesan sucimu…
akan terus hidup.

Dalam setiap tugas yang kami jalankan,
dalam setiap senyum teman-temanmu,
dalam setiap langkah orang-orang yang pernah kau sentuh hatinya.

Istirahatlah dengan damai, Indra Sutan Harahap.
Semoga cahaya yang kau tebarkan selama hidup menjadi penerang jalanmu menuju surga-Nya.

Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *