Oleh: Dr. Djuanidi Raupele, SE., M.Si.
Di tengah dinamika sosial masyarakat Buru, satu prinsip selalu dijunjung tinggi: hukum tidak boleh berjarak dengan keadilan.
Prinsip ini bukan sekadar semboyan, tetapi tampak nyata melalui kepemimpinan Kapolres Buru, AKBP Sulastri Sukidjang, SH., S.I.K., MM., yang senantiasa menunjukkan dedikasi, keberpihakan pada nilai kemanusiaan, serta penghormatan terhadap kearifan lokal.
Apresiasi yang diberikan oleh masyarakat adat Soa Pito Soa Pa bukanlah pujian semata, melainkan cerminan tumbuhnya rasa aman dan kepercayaan.
Mereka merasakan hadirnya aparat yang bekerja dengan hati, mengayomi tanpa jarak, dan menegakkan hukum secara tegas namun tetap adil.
Di bawah kepemimpinan Ibu Sulastri, Polres Buru membuktikan bahwa penegakan hukum dapat dilaksanakan secara transparan, humanis, dan tetap menghormati adat istiadat setempat.
Bagi masyarakat adat, keadilan bukan hanya soal aturan tertulis, tetapi juga penghargaan, perlindungan, dan rasa dilibatkan. Kini, kehadiran Polri—bersama Kodim, Koramil, Babinsa, dan seluruh unsur keamanan—dirasakan sebagai bagian dari masyarakat itu sendiri. Mereka bukan lagi sekadar representasi negara, tetapi mitra yang berjalan berdampingan menjaga kedamaian.
Keharmonisan ini sesungguhnya bukan hal baru. Fondasinya telah diletakkan sejak lebih dari 57 tahun lalu, jauh sebelum Buru dimekarkan menjadi kabupaten. Pada masa itu, figur seperti Letda Arifin Tarigan dari Satuan 731 Kabaressy, bersama Om Ivak Dalam, Om Turlel, Pa Lesnusa, Pa Obyan, Pa Lessy, Pa M. Ternate, hingga tahun 1971 dengan Kapolsek Letnan Dua Atnaisah, telah membangun hubungan baik antara aparat dan masyarakat. Fondasi ini kemudian diperkuat kembali oleh Pa Simatupang di tahun 2000, dan hari ini diteruskan dengan penuh komitmen oleh AKBP Sulastri Sukidjang.
Rakyat Buru sependapat bahwa menjadi aparat bukan hanya soal menjalankan tugas, tetapi juga membangun kepercayaan. Dengan komunikasi yang terbuka dan tindakan yang konsisten, Polres Buru mampu mempererat hubungan antara negara dan rakyatnya. Karena itulah dukungan masyarakat mengalir: mereka melihat langsung perubahan dan kerja nyata di lapangan.
Dukungan masyarakat adat kepada Ibu Sulastri dan jajaran Polri merupakan pengakuan bahwa keamanan dan ketertiban di Buru terjaga berkat kerja keras yang dilakukan tanpa pamrih. Ini menjadi bukti bahwa ketika pemimpin bekerja dengan hati, rakyat merasakannya.
Semoga sinergi antara Polri, Kodim, Koramil, Babinsa, dan masyarakat adat terus terjaga. Dan semoga Tanah Buru semakin kokoh sebagai daerah yang aman, adil, dan penuh kekeluargaan.
Melalui kepemimpinan yang bijak dan humanis, hukum dapat benar-benar menyatu dengan keadilan.
Kaperwil Maluku (SP)







