Editorial oleh: Drs. Muz Latuconsina, MF.
Pidato Bahlil Lahadalia di Musyawarah Daerah (Musda) XI Partai Golkar Maluku, Sabtu (8/11/2025), bukan sekadar seremoni politik.
Di balik suaranya yang lantang, tersimpan pesan strategis dan tantangan besar bagi seluruh kader beringin di tanah Maluku: bangkit atau tenggelam.
Dengan nada emosional, Ketua Umum DPP Partai Golkar itu menegaskan rasa malunya karena dua periode berturut-turut Golkar Maluku absen dari kursi DPR RI.
Bagi Bahlil, kondisi ini bukan hanya kegagalan struktural, tetapi juga cermin menurunnya semangat juang politik daerah yang dahulu dikenal tangguh.
Karena itu, Musda kali ini ia jadikan momentum untuk mengoreksi arah. Tiga agenda utama—pemilihan ketua baru, penyusunan program strategis,
dan pembentukan kepengurusan solid bukan sekadar formalitas. Ia ingin memastikan mesin partai di Maluku benar-benar hidup, bergerak, dan mampu menembus kembali Senayan.
Bahlil pun menegur keras pengurus daerah yang dianggap pasif. “Kalau pengurusnya tidur, ya diganti! Politik itu kerja, bukan posisi,” ujarnya, mengguncang ruangan Baileo Oikumene Ambon. Gertakan itu bukan kemarahan kosong, melainkan dorongan agar partai kembali ke akar: menyentuh rakyat, bukan hanya menghitung kursi.
Di tingkat nasional, Golkar tetap ia posisikan sebagai “partai kakak tertua” penopang stabilitas pemerintahan sekaligus teladan dalam berdemokrasi. Namun, di daerah seperti Maluku, peran itu hanya bisa bermakna jika disertai rekonsolidasi internal dan semangat turun ke lapangan.
Ketika Bahlil menutup pidatonya dengan seruan, “Maluku ini negeri gertak, bukan negeri takut!”, kalimat itu bukan sekadar slogan.
Ia adalah panggilan untuk menghidupkan kembali militansi politik kader Golkar Maluku—membangun keberanian baru untuk merebut ruang yang pernah hilang.
Kini, tantangan sesungguhnya dimulai. Gertakan Bahlil harus dibalas dengan kerja nyata. Jika tidak, Musda XI hanya akan menjadi panggung retorika sesaat. Tetapi jika semangat itu diterjemahkan menjadi gerakan politik yang konsisten, Golkar Maluku berpeluang menulis babak baru dalam sejarahnya—babak kebangkitan dan kemenangan.
Kaperwil Maluku (SP)






