Oleh: Djuwita Halidja Baharudin, S.S,.SH.
Di sudut-sudut sunyi Kota Namlea dan kampung-kampung yang jauh dari gemerlap perhatian, ada suara-suara lirih yang jarang terdengar.
Suara para janda yang memikul beban hidup sendiri, suara anak-anak yatim yang rindu pelukan kasih, dan suara fakir miskin yang berharap akan secercah uluran tangan.
Di antara mereka, satu nama menjadi cahaya yang mereka sebut dalam syukur Bella Sofhie.
Sebagai anggota DPRD Kabupaten Buru dari Partai NasDem, Bella bukan sekadar wakil rakyat di ruang sidang. Ia adalah pelita yang menyala untuk mereka yang hidup dalam gelap.
Ia hadir bukan hanya dalam janji, tapi dalam tindakan menyambangi rumah-rumah tanpa atap layak, mengusap air mata ibu-ibu yang kehilangan, dan merangkul anak-anak tanpa ayah dengan kasih yang tulus.
Bella bukan hanya berbicara, ia mendengar. Bukan hanya melihat, ia menyentuh.
Baginya, kekuasaan bukan kemewahan, tetapi amanah yang harus dijaga dengan hati.
Ia menolak menjadi menara gading yang tinggi tanpa pijakan. Ia lebih memilih menjadi lentera kecil yang menuntun jalan orang-orang yang nyaris dilupakan.
Di tengah kritik dan silang pendapat, ia tetap setia berdiri bersama mereka yang tak punya suara.
Tak jarang ia menyisihkan waktu pribadi demi hadir pada pengajian para janda, atau mengantar langsung paket sembako dan sejumlah uang ke sudut-sudut pelosok.
Ia sadar, bahwa tugas mulia seorang bukan sekadar mengatur, tapi merasakan. Bukan hanya memimpin, tapi melayani.
Mungkin tak semua orang melihatnya. Mungkin tak semua media menulisnya.
Tapi bagi mereka yang tertolong oleh uluran tangannya, Bella Sofhie bukan sekadar anggota dewan. Ia adalah harapan.
Ia adalah ibu, kakak, dan sahabat dalam satu nama. Ia adalah pelita yang setia menyala, meski dunia sering kali lebih suka merayakan cahaya yang hingar bingar.
Kaperwi Maluku (SP)