Bupati Fachri Alkatiri dan Hilirisasi Sagu, dari SBT untuk Indonesia

Oleh: Muz MF. Latuconsina

Sagu bukan sekadar makanan tradisional, ia adalah identitas. Di Seram Bagian Timur (SBT), sagu tumbuh sebagai warisan alam yang tak ternilai.

Bacaan Lainnya

Namun selama bertahun-tahun, kekayaan ini hanya dipandang sebatas pangan lokal, belum sepenuhnya hadir sebagai kekuatan ekonomi nasional.

Kini, Bupati Fachri Alkatiri mendorong langkah berani: hilirisasi sagu sebagai strategi besar bagi SBT dan Indonesia.

Hilirisasi bukan sekadar mengolah sagu menjadi tepung atau mie. Lebih dari itu, ia adalah jalan menuju kemandirian pangan, membuka industri berbasis potensi lokal, sekaligus memberi ruang kerja bagi masyarakat.

Fachri ingin memastikan, sagu tidak lagi hanya ditebang dan dijual mentah, tetapi diolah, dikemas, dan dipasarkan bernilai tambah.

Di tengah krisis pangan global, diversifikasi adalah keniscayaan. Indonesia tak boleh terus menggantungkan nasib pada beras semata.

Sagu hadir sebagai jawaban, dan SBT memiliki cadangan melimpah untuk menopang kebutuhan nasional. Dari hutan-hutan SBT, sagu dapat menjelma menjadi produk pangan modern, bahkan mampu bersaing di pasar internasional.

Langkah Fachri Alkatiri patut diapresiasi. Namun lebih dari itu, pemerintah pusat harus memberi dukungan penuh.

Hilirisasi sagu tidak boleh hanya menjadi agenda kabupaten, melainkan menjadi bagian dari strategi nasional.

Sebab jika sagu dikelola serius, Indonesia tak hanya mengamankan pangan, tetapi juga menegakkan kedaulatan di meja makan bangsanya sendiri.

SBT telah mengulurkan tangannya: “Sagu dari timur, untuk Indonesia.” Kini saatnya negara hadir memastikan gagasan besar ini tak berhenti sebagai wacana, tetapi tumbuh menjadi pilar ketahanan pangan yang nyata.

Kaperwil Maluku (SP)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *