Oleh: Muz MF. Latuconsina
Namlea kembali berbenah. Di setiap sudut jalan, lorong-lorong kecil, dan halaman rumah warga, suara sapu dan semangat gotong royong mulai terasa.
Ini bukan sekadar rutinitas harian, melainkan sebuah gerakan bersama: Jumat Bersih, yang kini menjadi denyut baru menjelang dua perayaan penting Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-80 dan Hari Jadi Kabupaten Buru ke-26.
Gerakan Jumat Bersih ini digerakkan langsung oleh Surat Edaran Bupati Buru, Ikram Umasugi, SE, yang mulai berlaku sejak awal Agustus hingga Oktober. Isi suratnya jelas dan tegas:
melibatkan seluruh lapisan masyarakat dari RT, RW, dusun, tokoh agama, pemuda, ASN, hingga pelajar untuk turun tangan membersihkan lingkungan setiap Jumat pagi.
Jumat bukan lagi hari biasa. Ia menjelma menjadi momentum kolektif untuk menyapu debu, merapikan pekarangan, dan menata wajah kota.
Dari pusat Namlea hingga pinggiran kampung, sapuan-sapuan kecil menjadi simbol kesadaran besar: bahwa kemerdekaan dan hari lahir sebuah kabupaten layak disambut dengan tindakan, bukan sekadar seremoni.
Lebih dari sekadar bersih-bersih, Jumat Bersih ini adalah panggilan jiwa. Ia mengingatkan kita bahwa cinta pada negeri dan daerah dimulai dari hal-hal paling sederhana seperti memungut sampah di jalanan atau mencabut rumput liar di halaman sekolah.
Dari situlah tumbuh rasa memiliki, tanggung jawab sosial, dan kebanggaan sebagai warga Buru.
Menuju 17 Agustus dan 12 Oktober, langkah kaki warga Namlea tak hanya menapaki jalan yang bersih, tapi juga jalan sejarah.
Jalan yang dibangun oleh semangat juang para pendahulu, dan kini diteruskan dalam bentuk partisipasi aktif menjaga ruang hidup kita sendiri.
Dari Jumat Bersih ke Semangat 17 Agustus dan HUT Buru ke-26—itulah cara Namlea menyambut dua momen penting ini: dengan kerja nyata, gotong royong, dan hati yang bersih.
Kaperwil Maluku (SP)