Bupati Ikram Umasugi: Menyulam Harapan dalam 100 Hari Kerja, Infrastruktur Tumbuh, Ekonomi Rakyat Bangkit

Editorial oleh: Muz MF. Latuconsina

Seratus hari tak cukup untuk menulis sejarah. Tapi cukup untuk memberi tanda—apakah pemimpin baru benar-benar bekerja, atau hanya menambal janji yang sudah lama bocor.

Bacaan Lainnya

Di Kabupaten Buru, Bupati Ikram Umasugi dan Wakil Bupati Sudarmo memilih tidak banyak bicara. Mereka turun ke jalan-jalan yang rusak, ke sawah-sawah yang lelah, dan ke gunung-gunung yang penuh harapan tak terurus. Jalan dalam kota Namlea yang dulu dibiarkan berlubang, kini mulai ditata. Batu dan aspal tak lagi sekadar proyek, tapi menjadi jembatan antara janji dan kenyataan.

Di tengah geliat pertanian, mereka menerbangkan harapan lewat teknologi—drone yang menyemprot hama di atas ladang. Sebuah pemandangan baru di langit dataran Waiapo. Di bawahnya, petani tersenyum, bukan karena musim panen tiba, tapi karena merasa tak lagi sendirian.

Program Go Organik bukan hanya slogan, tapi undangan untuk bercocok tanam tanpa meracuni tanah dan tubuh. Ini revolusi kecil yang bisa jadi berdampak besar, jika dijaga dan dikerjakan dengan hati.

Sementara itu, di celah-celah bukit Gunung Botak, negara mulai mengulurkan tangan. Usulan penambahan koperasi menjadi upaya menyatukan yang tercerai, mengakomodasi mereka yang lama terpinggirkan oleh sistem tambang yang timpang. Di sana, suara rakyat perlahan diberi wadah, bukan lagi dibungkam oleh alat berat dan ketidakadilan.

Dan jauh di timur, Batabual masih menanti. Tapi kabarnya mulai sampai: jalan dan jembatan sedang diperjuangkan. Itu bukan kabar biasa. Di negeri yang lama ditinggal pembangunan, kabar seperti itu terdengar seperti puisi—tentang harapan yang ingin dihidupkan.

Seratus hari memang singkat. Tapi dalam kesingkatan itu, rakyat bisa merasa: ada langkah yang sungguh menuju mereka. Jika benih kepercayaan ini disirami terus dengan kerja nyata, bukan dengan pidato dan pencitraan, maka bunga perubahan akan mekar dari Namlea sampai Batabual.

Karena rakyat tidak butuh pemimpin yang sempurna. Mereka hanya butuh pemimpin yang hadir, yang berjalan bersama, dan berani mengambil keputusan yang menyentuh akar persoalan.

Kaperwil Maluku (SP)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *