Dr. Tulalessy Ingatkan Bahaya Pencemaran di Kali Anhoni: Saatnya Selamatkan Air, Alam, dan Generasi Kita

Peringatan keras kembali disampaikan oleh Dr. Abraham H. Tulalessy, M.Si—Pakar Pencemaran Lingkungan dan Ketua Pusat Studi Lingkungan Universitas Pattimura.

Kali ini, beliau menyoroti kondisi Kali Anhoni, salah satu sumber air penting yang kini berada di ambang krisis ekologis akibat aktivitas pertambangan emas tanpa kendali.

Bacaan Lainnya

Air yang dulu jernih kini terancam berubah menjadi saluran berbahaya karena masuknya bahan kimia toksik seperti merkuri dan sianida yang digunakan dalam proses pengolahan emas.

Dr. Tulalessy mengingatkan bahwa pencemaran di Kali Anhoni bukan persoalan kecil.

Merkuri, misalnya, dapat tinggal dalam lingkungan hingga puluhan tahun, masuk ke rantai makanan, dan menyebabkan kerusakan permanen pada sistem saraf manusia.

Sianida, meskipun cepat terurai, tetap mematikan bagi biota air dan dapat menciptakan bencana ekologis jika dilepas tanpa pengawasan.

Jika kondisi ini dibiarkan, masyarakatlah yang akan menanggung dampak kesehatan jangka panjang: penyakit kulit, gangguan pernapasan, kerusakan organ dalam, hingga potensi cacat lahir bagi generasi berikutnya.

Inilah yang disebut Dr. Tulalessy sebagai “kutukan emas” kekayaan alam yang berubah menjadi petaka karena ketamakan dan ketidakhadiran negara. Padahal, emas seharusnya menjadi berkah, bukan sumber penderitaan.

Sudah saatnya pemerintah daerah berhenti menutup mata. Diperlukan tindakan tegas berupa:

1. Penerbitan Perda yang melarang penggunaan merkuri dan sianida, sebagaimana banyak daerah lain mulai lakukan.

2. Pengawasan ketat terhadap aktivitas pertambangan, baik legal maupun ilegal.

3. Keterlibatan masyarakat adat sebagai pemilik tanah ulayat, bukan sekadar penonton yang menerima limbah.

4. Program pemulihan sungai melalui kajian ilmiah yang dipimpin oleh lembaga independen, termasuk universitas.

Editorial ini mendukung penuh peringatan Dr. Tulalessy. Kali Anhoni adalah harta hidup yang tidak boleh dikorbankan demi keuntungan sesaat. Air adalah sumber kehidupan jika ia rusak, maka yang hilang bukan hanya lingkungan, tetapi masa depan anak-anak yang tumbuh di sekitarnya.

Kaperwil Maluku (SP)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *