Ikram Umasugi dan Tantangan Konektivitas Maluku Dalam Seratus Hari Kerja

Oleh: Muz MF. Latuconsina

Rencana Bupati Buru, Ikram Umasugi, untuk membuka jalur feri Bara–Sanana dan menyalurkan beras dari Buru ke Maluku Utara adalah sebuah langkah maju.

Bacaan Lainnya

Di tengah kondisi transportasi laut yang sering kali tidak menentu dan mahal, inisiatif ini memberi harapan akan hadirnya keterhubungan yang lebih murah, cepat, dan bermanfaat bagi masyarakat kedua daerah.

Namun, perlu diingat bahwa persoalan konektivitas di kawasan Maluku bukanlah isu baru.

Selama bertahun-tahun, masyarakat kepulauan dibiarkan terjebak dalam keterisolasian akibat minimnya perhatian serius pemerintah, baik pusat maupun daerah.

Banyak rencana besar berhenti pada tataran wacana, sementara rakyat tetap harus berjibaku dengan ongkos logistik tinggi dan keterbatasan akses pasar.

Di sinilah pentingnya memastikan bahwa langkah yang ditempuh Bupati Ikram tidak hanya berhenti sebagai seremoni penandatanganan, melainkan diwujudkan dalam kerja nyata.

Jalur feri yang dibuka harus beroperasi secara berkelanjutan, bukan sekadar hadir sesaat lalu mati suri seperti beberapa proyek transportasi laut sebelumnya.

Demikian pula, mekanisme distribusi beras harus benar-benar berpihak pada petani dan tidak hanya menguntungkan segelintir pedagang besar.

Editorial ini sebagai pengingat bahwa visi besar keterhubungan Maluku hanya akan berhasil bila diiringi dengan konsistensi, keberanian mengatasi hambatan birokrasi, serta keseriusan membangun sistem yang berpihak pada masyarakat bawah.

Jika semua itu terwujud, maka langkah kecil dari Bara ke Sanana akan menjadi pintu besar bagi kebangkitan ekonomi rakyat, sekaligus jawaban nyata atas kerinduan lama masyarakat kepulauan: keluar dari lingkar isolasi menuju kesejahteraan.

Kaperwil Maluku (SP)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *