Jabatan Seperti Embun Pagi, akan Sirna saat Matahari Meninggi, Bukan Karena Tak Berguna tapi Karena Sudah Saatnya Menghilang

Oleh: Muz MF. Latuconsina

Dalam dinamika pemerintahan dimanapun di tanah air, jabatan adalah bagian dari sistem yang bergerak—hidup, berubah, dan tak pernah benar-benar abadi.

Bacaan Lainnya

 

Ibarat embun pagi, ia turun dengan kesejukan, memberi arti bagi dedaunan yang disentuhnya. Tapi saat matahari meninggi, embun itu lenyap—bukan karena tak berguna, tapi karena sudah saatnya menghilang.

 

Jabatan pun demikian. Indah dalam kepercayaan, bermakna dalam pengabdian, namun tak pernah dimaksudkan untuk selamanya.

 

Bupati Buru, Ikram Umasugi, memahami betul filosofi ini. Dalam berbagai proses mutasi dan rotasi yang kini tengah dilakukan dari kepala dinas, camat, penjabat desa, hingga kepala sekolah beliau menegaskan bahwa jabatan adalah amanah, bukan hak milik. Bukan pula warisan yang harus dipertahankan mati-matian.

 

“Jangan simpan jabatan di hati, cukup di telapak tangan. Saat dipercayakan, genggam dengan kerja. Saat dilepas, relakan dengan ikhlas.” Sebuah kalimat sederhana, namun menggambarkan kedewasaan birokrasi yang ingin dibangun oleh kepemimpinan Ikram–Sudarmo di Kabupaten Buru.

 

Mutasi jabatan bukan bentuk penghukuman, melainkan bentuk penyegaran. Bukan pengabaian, tapi penyesuaian.

 

Pemerintahan butuh orang-orang yang siap bergerak, berpindah, dan bertugas di mana pun dibutuhkan. Karena sejatinya, yang abadi bukanlah kursi kekuasaan, tapi jejak pengabdian dan dedikasi yang ditinggalkan.

 

Seratus hari kerja pertama pemerintahan ini menjadi momen untuk menata ulang, mengkonsolidasi semangat, dan menghidupkan kembali etos pelayanan.

 

Maka dari itu, sangat keliru jika rotasi jabatan dipolitisir, dibaca dengan kacamata sempit, atau bahkan dijadikan bahan intrik internal.

 

Saatnya semua pihak bersikap bijak. Jabatan adalah tamu. Kadang datang membawa peluang, kadang pergi tanpa pemberitahuan. Maka terimalah dengan kepala tegak, lepaskanlah dengan hati lapang.

 

Karena dalam setiap pergantian, sesungguhnya ada pesan:
pemerintahan sedang bergerak. Dan bangsa ini butuh orang-orang yang siap berjalan, bukan yang bertahan di tempat.

Kaperwil Maluku (SP)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *