Editorial oleh: Muz MF. Latuconsina
Desakan untuk menutup tambang emas ilegal di Gogorea dari salah satu organisasi, kita harus bertanya: benarkah penutupan Gogorea adalah solusi terbaik? Ataukah itu justru cermin dari pemikiran sempit, bodoh, terkebelakang yang tak menyentuh akar masalah?
Mari buka mata dan gunakan akal sehat. Gunung Botak yang jauh lebih besar skalanya—dengan kerusakan lingkungan yang lebih masif, konflik kepentingan yang lebih kompleks, dan puluhan ribu orang terlibat di dalamnya—saja tak mampu ditutup sampai hari ini. Kalau yang sebesar itu saja belum bisa diselesaikan, bagaimana mungkin kita begitu gegabah meminta penutupan total untuk Gogorea?
Lebih dari itu, Gogorea bukan sekadar lokasi tambang. Ia telah menjadi nadi kehidupan bagi banyak warga. Aktivitas di sana menciptakan perputaran ekonomi, memberi pekerjaan bagi yang tak punya pilihan lain. Gogorea adalah bukti bahwa rakyat tak tinggal diam menghadapi hidup—mereka berjuang, meski dalam ketidakpastian.
Alih-alih menutup, mengatur dan menata adalah jalan bijak yang lebih manusiawi. Kita tidak bisa hanya sibuk menuding tanpa menawarkan solusi. Penataan yang adil dan transparan, pendataan yang akurat, pembinaan koperasi rakyat, serta kontrol ketat dari negara—itulah yang dibutuhkan. Bukan sembarang seruan tutup yang hanya akan menambah daftar pengangguran dan konflik sosial.
Dan satu hal yang harus digarisbawahi: teriak tutup Gogorea tanpa memahami kenyataan lapangan adalah tanda rendahnya kemampuan berpikir, lemahnya IQ, Itu bukan keberanian, melainkan kekeliruan logika yang bisa menjadi bahan tertawaan. Jangan jadi generasi yang latah dan dangkal. Belajarlah lebih dalam dan pintar, agar tidak terus menerus dipermalukan oleh kenyataan yang jauh lebih rumit dari sekadar slogan.
Jangan jadikan Gogorea kambing hitam. Ini bukan soal pro atau kontra tambang. Ini soal keberanian berpikir jernih, adil, dan memilih jalan tengah demi rakyat kecil yang selama ini hidup di tepi sistem.
Kaperwil Maluku (SP)