Kaksodin Wahidi Perkenalkan Fandi Wael Sebagai Raja Kaiely

FOKUSPOST.COM | BURU – Kaksodin Wahidi, Ali Wael, memperkenalkan Fandi Ashari Wael SSTP sebagai Raja (Jou) petuanan Kaiely (mtawa jou kaiely fehut).

Acara berlangsung di Baileo adat desa Wapsalit Kecamatan Lolongguba, Kabupaten Buru, Sabtu (18/3)

Acara dihadiri Pj. Bupati Buru, Dr. Jalaludin Salampessy, Raja Leisela, Azis Hentihu, para asiten/staf ahli, para pimpinan OPD, Camat Lolongguba, Anton Lesnusa, Camat Waiapo, Bahrudin Besan, serta seluruh tokoh adat suar pito suar pa.

Fandi Ashari Wael yang saat ini menjabat sebagai Camat Kaiely adalah anak tertua dari almarhum raja M. Fuad Wael.
Menurut kaksodin, acara yang berlangsung hanya untuk memperkenalkan raja bukan lagi pelantikan atau pengukuhan karena raja Fandi hanya meneruskan kepemimpinan pemerintahan sebagai raja dari almarhum ayahnya raja M. Fuad Wael.

“Raja tidak lagi dipilih atau ditunjuk tapi berdasarkan garis keturunan secara genetik, Jadi tidak ada istilah pelantikan raja di atas raja. Raja Kaiely hanya satu orang yakni Fandi Ashari Wael,” kata Kaksodin

Kaksodin dengan suara lantang dalam sambutannya meminta kepada Pj. Bupati Buru agar tidak boleh menerima siapapun yang datang mengatasnamakan raja Kaiely selain Fandi Wael.

Sambil mempersilahkan Fandi berdiri, kaksodin kemudian berkata, ” untuk diketahui oleh suar pito suar pa, dan semua yang hadir serta seluruh masyarakat, bahwa hari ini kita punya Jou (raja) baru yakni Fandi Ashari Wael,”ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Pj. Bupati DR. Jalaludin Salampesy memulai sambutannya dengan mempersilahkan Fandi berdiri seraya berkata “inilah raja kita” disambut tepuk tangan meriah dari seluruh undangan dan penonton yang hadir.

Salampessy menjelaskan bahwa khusus petuanan Kaiely saat ini telah memiliki raja yang perlu dihormati. Menurutnya, setelah mempelajari silsilah keturunan raja almarhum Mansur Wael yang kemudian turun sampai ke Fandi Wael, inilah yang kita tau “nangka barana nangka”, ungkapnya

Salampesy melanjutkan, Benang merah yang ada tidak bisa dipisahkan, siapapun boleh berbicara tapi tidak mungkin memutus lautan samudra, tidak mungkin bisa menaklukkan gunung yang ganas, hanya orang-orang tertentu yang mampu dan dialah benang merah yang harusnya menjadi pemimpin untuk semuanya,” kata Salampessy.

Ia meminta untuk tidak ragu-ragu mendengar titah raja Fandi Wael sebagai raja petuanan Kaiely,
Sebagaimana yang sudah dititahkan kata Salampessy, “tidak ada masyarakat Jawa, tidak ada masyarakat dari utara, selatan, barat dan timur. Semua masyarakat di petuanan Kaiely adalah dibawah jou Fandi Wael, tuturnya.

Ia berharap agar semuanya menjaga harmonisasi dari para leluhur untuk membuka diri mengelolah dataran yang luas dibawah pimpinan raja Fandi Wael.

Atas nama pemerintah akan ada kordinasi dengan jou Kaiely.
“Kami titipkan seluruh masyarakat ini, tidak boleh ada yang dibedakan, siapaun, dari manapun, dari tokoh manapun harus diterima karena mtwa juo pehut tidak pernah tidur 24 jam untuk menerima aduan dari dataran rendah, dataran tinggi, dari lautan guna menyelesaikan masalah bukan menambah masalah, pintu intuk membuka rahmat, membuka rejeki, membuka kesejahteraan dan itu harus dibicarakan dengan seluruh stakeholder yang ada”, ujarnya.

Salampessy berpesan kepada soar pito, soar pa, dan seluruh masyarakat untuk memberikan dukungan yang seluas-luasnya bersama-sama jou Kaiely membangun negeri Bupolo dengan iklas dan tulus.

Setelah mtawa jou Kaiely fehut di Wapsalit, acara dilanjutkan dengan rangkaian ritual “mendatangi” Hinolong Manaeling Besan di dataran rendah (kubalahin) .

Iring-iringan rombongan yang terdiri Pj. Bupati, Raja Leisela, Azis Hentihu, para pimpinan OPD, seluruh tokoh soar pito suar pa mengantar jou Fandi dan diterima oleh Hinolong Manaeling Besan secara adat di desa Kubalahin, Kecamatan Lolongguba.

Kaperwil Maluku (SP)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *