Kepala Instalasi Sentral Thalassemia (IST) dan Hermofilia RSUDZA Sebut 700 Lebih Kasus Mengidap Di Aceh

 

FOKUSPOST.COM | BANDA ACEH – Kepala Instalasi Sentral Thalassemia (IST) dan Hemofilia Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA), Heru Noviat Herdata, menyebutkan 700 lebih kasus pengidap thalessemia di Aceh, mulai dari anak-anak hingga dewasa.

Heru menerangkan penyakit yang diakibatkan kelainan darah bawaan yang ditandai dengan kurangnya protein pembawa oksigen (hemoglobin) dan jumlah sel darah merah dalam tubuh yang kurang dari normal.

“Thalassemia ini diturunkan dari genetik orang tua, dan saat ini sudah ada 700 kasus di Aceh, bagaikan fenomena gunung es yang di atas tak terlihat namun di bawahnya ada,” kata dr Heru saat mengisi kegiatan seminar pengenalan Thelassemia, di Banda Aceh, Sabtu 9 September 2023.

Bahkan, kata dia, penyakit ini sudah tersebar di seluruh kabupaten yang ada di Aceh, hingga pihaknya sempat kewalahan mengatasi hal tersebut, sebab sejak 2006 mulai ditemukan 56 kasus dan pada 2020 meningkat sebanyak 572 kasus.

Kebutuhan darah juga semakin banyak, tempat masih kurang banyak, bahkan pasien kita saat transfusi darah tempel satu ranjang dibagi dua,” ujarnya.

Berdasarkan tingkat keparahan, talasemia dibagi menjadi talasemia trait (bawaan atau minor), talasemia intermedia, dan talasemia mayor. Heru menjelaskan thalassamia yang kerap terjangkit pada anak-anak yaitu jenis mayor, biasanya bisa dideteksi sejak usia 6 hulan hingga 1 tahun.

Kata dia, mayor pada saat usia 6 bulan Hb petusnya turun dan Hb dewasanya kurang. “Biasanya juga kondisi kulitnya pucat kekuning-kuningan,” terangnya.

Namun kasus ini tidak memperlihatkan kesakitan terhadap anak itu malah kesehariannya sama dengan anak-anak lainnya, namun yang membedakan hanya umur editorisnya pendek sehingga dia perlu tambahan tranfusi darah agar sama dengan anak-anak yang lain. Sehingga kebutuhan nutrisinya sama dengan anak lainnya.

“Karena telasemia ini terjadi bukan karena kekurangan nutrisi tapi yang membuat hemaglobinnya tidak benar,” ucapnya.

Selain itu, Heru mengungkapkan sampai saat ini kasus thelassemia ini juga belum ada pencegahan yang signifikan karena bersifat pembawaan dari genetik, dan pembawa sifat thelamania ini tidak terlihat dan tidak menyebabkan gejala klinik. Namun diketahui jika melakukan skrining tes, melalui lab dengan panel uji saring thalassemia mulai dari Hematologi lengkap, gambaran darah tepi, badan inkluisi HbH, analisis Hb HPLC, dan Ferritin tubuh.

“Thelasemia tidak ada obatnya, namun bisa dicegah dengan tidak memunculkan etalase yang baru saat hendak menikah dan harus melakukan skrining terlebih dahulu,” tegasnya.

Sementara itu pengobatan thalesemia hanya dengan transfusi darah, penyakit ini bagaikan pisau bermata dua sebab bisa hidup karena transfusi dan maninggal juga karna transfusi. Sebab saat melakukan transfusi akan menyisakan besi-besi kecil yang disimpan di dalam tubuh, dan jika menempel pada organ tubuh bisa mengurangi fungsi organ tersebut. “Tapi bisa dihindari dengan screening thalasemia sejak awal, konseling genetic, dan menghindari pernikahan sesama carier,” tutupnya.

(Kaperwil Aceh – FokusPost.com : Said Yan Rizal)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *