Oleh: A. Haris Syukur (Camat Wapaluw)
Sebanyak 30 mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta datang jauh-jauh dari Pulau Jawa untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Waplauw, Kabupaten Buru. Ini bukan sekadar kegiatan akademik tahunan. Ini adalah pilihan sadar dan penuh makna—sebuah jembatan kemanusiaan antara pusat pendidikan nasional dan pelosok timur Indonesia.
Keputusan mereka memilih Waplauw, bukan lokasi populer seperti Bali, Jogja, atau kota-kota besar lainnya, mencerminkan semangat pengabdian sejati. Di tengah gempuran zaman yang kerap mengukur prestasi dengan pamor dan popularitas, mereka justru menempuh jalan sepi yang penuh tantangan, tapi kaya makna.
Buru bukan daerah yang mudah. Di balik keindahan alamnya, masih tersembunyi ketertinggalan infrastruktur, akses pendidikan yang terbatas, serta masalah sosial-ekonomi yang kompleks. Namun justru di situlah letak nilai sejati dari KKN: hadir di tengah masyarakat yang membutuhkan, belajar dari kearifan lokal, dan ikut menanam benih perubahan.
Waplauw kini menjadi tuan rumah bagi 40 duta ilmu pengetahuan. Mereka tidak datang membawa superioritas, tetapi semangat kolaborasi. Mereka belajar adat dan budaya, menyatu dengan warga, dan memberi warna baru dalam kehidupan masyarakat desa. Anak-anak sekolah melihat harapan baru, para pemuda melihat teladan, dan para orang tua merasa dihargai.
Ini juga menjadi cermin bahwa Pulau Buru bukan pinggiran. Ia adalah bagian dari Indonesia yang layak diperhatikan, disinggahi, dan dikembangkan. Kunjungan para mahasiswa UGM ini harus menjadi pemantik bagi perguruan tinggi lain untuk melirik wilayah timur sebagai ladang pengabdian dan pembelajaran.
Kita berharap kehadiran mereka bukan sekadar numpang lewat. Tapi menjadi awal dari jalinan panjang—antara ilmu dan kearifan lokal, antara kampus dan desa, antara Jawa dan Buru.
Selamat datang di tanah adat, tanah perjuangan, dan tanah masa depan, Bumi Bupolo.