Ketua PBB Buru, Ruslan Arif Soamole: Hentikan Luka Rajut Kasih Sayang

Pasca bentrok yang terjadi di Hunuth, Kota Ambon, suara kearifan kembali menyeruak dari para tokoh Maluku. Salah satunya datang dari Ketua Partai Bulan Bintang (PBB) Kabupaten Buru, Ruslan Arif Soamole, yang mengajak seluruh anak negeri untuk hidup dalam kasih sayang.

Menurutnya, cukup sudah Maluku menyimpan luka panjang akibat kerusuhan 1999 yang mengoyak persaudaraan, merenggut ribuan nyawa, serta meninggalkan trauma mendalam yang hingga kini masih terasa.

Bacaan Lainnya

Pesan Soamole bukan sekadar seruan kosong. Ia adalah peringatan keras bahwa Maluku tidak boleh lagi terjebak dalam lingkaran kekerasan yang sama. Konflik yang sesekali muncul, meski dipicu hal-hal sepele, adalah bom waktu yang bisa merusak tatanan sosial dan persaudaraan yang susah payah dipulihkan pasca tragedi 1999. Generasi baru Maluku tidak boleh diwarisi dendam dan kebencian, melainkan harus tumbuh dengan nilai pela gandong, persaudaraan, dan cinta kasih.

Sejarah mengajarkan, kerusuhan 1999 menjadi salah satu babak kelam bangsa ini. Ribuan rumah terbakar, ratusan masjid dan gereja hancur, puluhan ribu orang mengungsi, dan jaringan pela gandong yang dibangun leluhur selama ratusan tahun hampir saja terputus. Bila luka itu kembali dibuka, maka kita sendiri yang akan kehilangan masa depan.

Karena itu, seruan Soamole adalah alarm sekaligus jalan keluar: mari kita rajut kasih sayang. Konflik hanya akan membawa derita, sementara kasih sayang membuka pintu bagi rekonsiliasi, pembangunan, dan masa depan yang lebih baik. Maluku dengan kekayaan alam, budaya, dan adatnya, hanya bisa maju bila rakyatnya hidup rukun dan damai.

Kini, tanggung jawab ada di tangan semua pihak: pemerintah, tokoh agama, tokoh adat, politisi, pemuda, dan masyarakat biasa. Jangan lagi memberi ruang bagi provokasi. Jangan memberi panggung pada mereka yang ingin mengail di air keruh. Saatnya kita menutup pintu kebencian, membuka ruang dialog, dan menjaga satu sama lain sebagai saudara.

Maluku tidak boleh lagi menunggu tragedi besar untuk kembali bersatu. Ingatlah, cubit di kuku rasa di daging. Luka satu orang Maluku adalah luka kita semua.

Kaperwil Maluku (SP)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *