Oleh: Dr. Djunaidi Rupele, SE, M.Si.
Perjuangan pemekaran bukan soal membagi, tapi soal merawat keadilan pembangunan.
Perjuangan menuju pemekaran wilayah bukanlah perkara kecil. Ia adalah perjalanan panjang yang sarat dengan tantangan administratif, politik, dan sosial. Namun lebih dari itu, ia adalah perjuangan kolektif yang harus lahir dari bawah — dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Kunjungan Forum Komunikasi Daerah (Forkoda) dan tim dari empat Calon Daerah Otonomi Baru (CDOB) — Lease, Jazirah, Seram Utara, dan Banda — ke Ketua DPRD Maluku Tengah, Bapak K. Haurissa, merupakan langkah penting yang menandai semangat koordinasi dan konsultasi yang sehat antara pejuang pemekaran dan lembaga perwakilan rakyat. Sambutan hangat dan apresiasi dari pimpinan DPRD menjadi sinyal positif bahwa perjuangan ini tidak berjalan sendiri.
Namun, perjuangan ini tidak bisa hanya mengandalkan semangat. Diperlukan konsolidasi yang terorganisir, perencanaan yang matang, dan strategi yang jelas. Pemenuhan syarat administratif bukan sekadar formalitas, melainkan fondasi legal yang menentukan nasib sebuah daerah di masa depan. Oleh karena itu, seluruh pihak harus fokus pada pemenuhan persyaratan secara serius, dan menghindari polemik yang kontraproduktif — terutama soal kedudukan ibu kota, yang kerap menjadi sumber friksi horizontal.
Pemekaran harus menjadi jalan pemersatu, bukan pemecah. Maka, melibatkan masyarakat secara luas, membuka ruang partisipasi, dan menjaga komunikasi antar semua elemen menjadi sangat penting. Semua warga harus merasa menjadi bagian dari perjuangan ini, agar tidak muncul pro-kontra yang dapat merusak harmoni sosial.
Tak kalah penting, perjuangan pemekaran harus berlandaskan pada penghormatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Tanpa itu, perjuangan ini akan kehilangan legitimasi. Keputusan final nantinya adalah hasil sinergi antara Bupati dan DPRD, dua lembaga yang harus dijaga kepercayaannya melalui komunikasi yang intens dan terbuka.
Pada akhirnya, pemekaran bukanlah tujuan akhir, melainkan alat untuk menghadirkan pelayanan yang lebih dekat, pembangunan yang lebih merata, dan kesejahteraan yang lebih adil. Dan untuk mewujudkannya, kita membutuhkan bukan hanya semangat, tetapi juga kebijaksanaan, kesabaran, dan persatuan.
Kaperwil Maluku (SP)