Sungai Anhoni yang terletak di wilayah Namlea, Pulau Buru, kini berada dalam kondisi memprihatinkan akibat tercemar limbah merkuri dari aktivitas pertambangan emas ilegal.
Pencemaran ini bukan hanya mengancam ekosistem sungai, tetapi juga berisiko tinggi terhadap kesehatan masyarakat setempat, terutama ibu hamil dan anak-anak.
Dr. Netty Siahaya, M.Si, Kepala Laboratorium Terpadu Pendukung Blok Masela Universitas Pattimura (UNPATTI) sekaligus dosen Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi ini.
“Merkuri adalah logam berat yang sangat beracun. Ketika dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan, terutama ke sungai seperti Anhoni, ia dapat berubah menjadi metil merkuri senyawa yang jauh lebih berbahaya karena bisa terakumulasi dalam rantai makanan,” jelas Dr. Netty.
Kerusakan Ekosistem Sungai dan Risiko Kesehatan
Menurut Dr. Netty, limbah merkuri yang dibuang langsung ke Sungai Anhoni dari proses pemisahan emas (amalgamasi) telah menyebabkan rusaknya habitat sungai.
Merkuri yang mengendap di dasar sungai tidak hanya merusak habitat bentik tetapi juga mengganggu keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.
“Dampaknya sangat nyata ketika ikan yang sudah tercemar dikonsumsi manusia, terutama oleh anak-anak atau ibu hamil, risikonya bisa sangat serius kerusakan sistem saraf, gangguan perkembangan otak janin, bahkan kematian,” ujar Dr. Netty.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri telah menetapkan merkuri sebagai salah satu dari sepuluh bahan kimia paling berbahaya bagi kesehatan masyarakat.
Paparan merkuri, bahkan dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan tremor, gangguan penglihatan, kerusakan ginjal, hingga keterlambatan perkembangan kognitif pada anak.
Butuh Tindakan Nyata dan Terpadu
Dr. Netty menekankan perlunya langkah cepat dan terkoordinasi untuk menangani krisis ini. Ia menyebutkan empat langkah utama yang perlu segera dilakukan:
1. Penegakan Hukum yang Tegas
“Pemerintah daerah harus meningkatkan pengawasan dan menindak tegas pelaku tambang ilegal. Tanpa penegakan hukum, kerusakan akan terus berlanjut.”
2. Edukasi Masyarakat
Edukasi kepada masyarakat dan penambang tentang bahaya merkuri sangat penting. Ia mendorong penggunaan teknologi alternatif yang lebih ramah lingkungan seperti metode gravitasi atau sianidasi yang dikontrol.
3. Rehabilitasi Lingkungan
Pembersihan sedimen sungai yang tercemar dan pemulihan ekosistem melalui penanaman vegetasi serta restocking ikan lokal adalah langkah-langkah konkret yang harus dimulai.
4. Pemantauan Kesehatan Warga
Pemeriksaan rutin terhadap kadar merkuri dalam tubuh warga sekitar dan penyediaan layanan kesehatan menjadi hal yang tak bisa ditawar.
Panggilan untuk Kolaborasi
Dr. Netty menutup dengan ajakan kepada semua pihak—pemerintah, akademisi, masyarakat, dan organisasi lingkungan—untuk bersama-sama menyelamatkan Sungai Anhoni dan melindungi generasi masa depan dari bahaya merkuri.
“Ini bukan hanya soal lingkungan, tapi soal hak hidup sehat masyarakat. Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi,” tegasnya.
Kaperwil Maluku (SP)