Fokuspost.com | Maluku – Manner (tuan) Abdul Azis Latuconsina adalah Voorzitter, sebutan untuk ketua dalam bahasa Belanda, yang kalau saat ini jabatan tersebut sama dengan Bupati. Berikut ini Mus Latuconsina
menulis ulang sejarah tersebut yang dikutip dari berbagai sumber, salah satunya buku dengan judul “Kepemimpinan Hatuhaha”, Tinjauan Sejarah Dari Masa Ke Masa, yang ditulis oleh Thamrin Latuconsina.
Abdul Azis Latuconsina lahir di Desa Pelauw Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah tahun 1918. Ayahnya Raja Muhamad Saleh Latuconsina II dan ibunya Adesuri Latuconsina.
Abdul Azis alumnus Opleiding School Voor Inlandche Ambstenaren (OSVIA), atau setingkat STPDN. Usai lulus OSVIA tahun 1939, beliau bekerja pada pemerintahan kolonial Belanda.
Mengawali kerja di kolonial Belanda, Abdul Azis ditugaskan dari satu pulau ke pulau lain, diantaranya pulau Seram (Gorom dan Geser), Larat, Saumlaki dan pulau Buru.
Abdul Azis menjabat koordinator atau setingkat Bupati yang dalam bahasa Belanda disebut ‘Voorzitter’ atau ketua. Keseharian Abdul Azis disapa ‘Bostir’ oleh orang Maluku dan ada juga dengan sebutan Manner.
Alumni OSVIA saat itu bagi orang Maluku pribumi jumlahnya sangat sedikit, hanya beberapa anak-anak raja dari pulau Ambon dan Lease yang mengikuti pendidikan tersebut.
Dalam struktur pemerintahan tempo dulu tidak ada istilah Bupati, sampai pada orde lama pun belum ada. Setelah pengakuan pemerintahan negeri Belanda pada bulan Desember 1947 dan kemudian orde lama mulai aktif pada tahun 1950 baru ada pemetaan kembali struktur pemerintahan di Indonesia.
Pada tahun 1950 hingga Pemilu pertama 1955 baru ada pembentukan Kabupaten-Kabupaten di Indonesia, sebelumnya tidak ada istilah Kabupaten, dan pada zaman itu masih melanjutkan sistim pemerintahan kolonial Belanda yang disebut dengan Voorzitter yang kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya koordinator atau ketua, setingkat Bupati saat ini.
Jadi dalam konteks itu, Abdul Azis Latuconsina adalah orang pertama yang memimpin Pulau Buru sebagai Voorjitter, yang secara terminologi artinya beliau
menjadi Bupati pertama di pulau Buru.
Maluku saat itu masih dibawah gubernur Belanda dan tugas Abdul Azis adalah menangani pulau-pulau terjauh dari kota Ambon yaitu Gorom, Geser, Larat, Saumlaki dan pulau Buru.
Jabatan terakhir Abdul Azis adalah sekertaris umum (setingkat Sekda) pada kantor Gubernur Maluku dan saat itu beliau adalah kandidat Gebernur Maluku ketiga.
Kaperwil Maluku (SP)