BATUBARA, fokuspost.com – Puluhan warga Desa Kuala Tanjung dan Desa Lalang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, menggelar aksi unjuk rasa di depan gerbang PT Multimas Nabati Asahan (MNA) Wilmar pada Selasa, (21/1/2025).
Aksi ini menuntut pertanggungjawaban perusahaan atas kerusakan lingkungan yang diduga diakibatkan aktivitasnya.
Koordinator aksi, Usman, menyampaikan bahwa penimbunan dan penutupan alur Sungai Badak yang dilakukan oleh PT MNA telah menyebabkan banjir di kawasan pemukiman warga. “Air yang tidak bisa mengalir menyebabkan banjir, merambat hingga ke rumah-rumah warga. Kami menuntut ganti rugi, bukan konversasi,” tegasnya.
Menurut Usman, alih fungsi lahan yang dilakukan oleh PT MNA berdampak pada pendangkalan sungai, kerusakan lingkungan, serta hilangnya lahan pertanian yang dulunya subur. Selain itu, infrastruktur irigasi untuk pertanian juga hancur, sehingga menghilangkan potensi investasi di sektor pertanian.
Rusman, salah satu warga Desa Lalang, menambahkan bahwa Sungai Badak yang sebelumnya menjadi sumber penghidupan warga kini telah mati akibat industrialisasi kawasan tersebut. “Sungai Badak mati sejak berdirinya PT Multimas Nabati Asahan pada tahun 1996, yang kini menjadi kawasan industri Wilmar Group. Akibatnya, banjir kerap terjadi saat musim hujan, merendam pemukiman warga,” ujarnya.
Tokoh masyarakat sekaligus mantan Kepala Desa Kuala Tanjung, Khairul Iman, SH, menyesalkan dampak keberadaan PT MNA terhadap kenyamanan hidup warga. Ia mengkritik kepemimpinan manajemen PT MNA, khususnya Aliyang dan Edikho, yang dinilai kurang peduli dan tidak pernah bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.
“Kami meminta mereka segera meninggalkan Kuala Tanjung,” ucap Khairul dengan emosi.
Dalam aksi tersebut, para ibu-ibu juga menyampaikan keluhan mereka. Mereka mengaku tidak lagi nyaman tinggal di rumah akibat banjir yang sering terjadi.
“Banyak barang-barang kami yang rusak karena terendam banjir. Kami hanya ingin hidup tenang tanpa ancaman banjir dan bau busuk dari limbah perusahaan,” ungkap salah seorang ibu dengan penuh haru.
Para demonstran juga menyoroti pencemaran udara dan air akibat pengelolaan limbah yang tidak baik oleh PT MNA. Bau busuk yang menyengat dari limbah diduga menjadi sumber penyakit dan ancaman bencana bagi masyarakat sekitar.
Hingga berita ini diturunkan, pihak manajemen PT Multimas Nabati Asahan belum memberikan tanggapan resmi terkait tuntutan warga.(Ali)