Oleh: Dr. H. Djunaidi Raupele, SE. M.SI
Perjuangan pemekaran wilayah di Maluku bukan sekadar kerja birokrasi. Ia adalah panggilan sejarah, perjuangan kolektif dari masyarakat akar rumput, dan pertaruhan harga diri atas nama pemerataan pembangunan.
Di tengah jalan panjang dan berliku itulah Forkoda (Forum Komunikasi Daerah) bersama para tokoh 13 Calon Daerah Otonomi Baru (CDOB) terus mencari pola dan strategi baru agar gerakan ini tidak lagi stagnan di meja-meja kekuasaan Jakarta.
Senator M. Bisri Latuconsina, sebagai representasi Maluku di Senayan, membaca situasi ini dengan tajam.
Ia menyadari bahwa perjuangan ini tak bisa diserahkan hanya pada dokumen-dokumen tebal dan rapat-rapat formal belaka, tetapi lebih jauh dari itu Dibutuhkan energi baru dari siapapun yg memiliki keter panggilan sejarah untuk memajukan maluku, dan di tengah kehausan itu, hadirlah sosok yang diharapkan bisa menjembatani berbagai elemen.
Untuk menghidupkan kembali semangat yang nyaris padam, dan mampu merajut simpul-simpul kekuatan dari berbagai lini perjuangan, maka muncullah nama: Mat Doan.
Bagi generasi baru, nama Mat Doan mungkin tidak sering terdengar. Namun di balik layar, ia adalah salah satu arsitek penting dalam sejarah gerakan kepemudaan Maluku, terutama saat bersama M. Bisri Latuconsina berkiprah di tubuh KNPI.
Mereka bukan hanya aktivis, tapi penggerak; bukan hanya orator, tapi eksekutor ide-ide besar yang lahir dari ruang diskusi pemuda-pemuda visioner.
Dengan menggandeng Mat Doan ke dalam struktur Forkoda, Senator Bisri tidak sedang mengulang masa lalu, melainkan sedang meramu ulang strategi baru yang bersandar pada pengalaman, jejaring, dan kearifan gerakan.
Mat Doan bukan sekadar sosok organisatoris, ia adalah simpul pemersatu yang bisa merawat komunikasi antara Forkoda, para tokoh CDOB, hingga jejaring informal yang selama ini menjadi penggerak sunyi di daerah.
Kini, 13 CDOB di Maluku menaruh harapan besar pada Mat Doan dan Senator Bisri Latuconsina yang peduli untuk kemajuan maluku.
Harapan agar Mat Doan tidak sekadar menjadi simbol pelengkap struktur, tapi sungguh hadir sebagai penggerak lapangan, penyambung aspirasi, dan penyeimbang strategi politik Forkoda.
Semua menanti arah dan irama baru yang bisa mempercepat langkah perjuangan ke titik terang: pengesahan CDOB oleh pemerintah pusat.
Bagi rakyat di wilayah-wilayah calon daerah otonom itu, pemekaran bukan soal ego kedaerahan, tapi jalan keluar dari ketimpangan layanan publik, akses pembangunan, dan ketertinggalan ekonomi. Mereka telah berjuang lebih dari satu dekade.
Mereka lelah diabaikan. Mereka butuh orang-orang yang tidak hanya pandai bicara, tapi juga mampu bekerja di belakang layar. Di titik inilah kehadiran Mat Doan dianggap penting, bahkan sangat strategis.
Forkoda Maluku telah memulai babak baru. Dengan kehadiran figur sekelas Senator Bisri Latuconsina dan Mat Doan yang mempunyai rekam jejak masa lalu yang baik dan pengalaman serta kematangan dalam dunia pergerakan menjadi pertimbangan utama peserta rapat untuk melibatkannya dalam struktur Forkoda sebagai pengarah yang diyakini mampu memberi warna segar dan jangkauan yang luas, karena perjuangan ini bukan hanya melangkah, tapi berlari lebih jauh.
Kini tinggal bagaimana kita semua, masyarakat Maluku ikut merawat sinergi ini. Sebab perjuangan ini bukan milik elite semata, tapi suara kita semua.
Kaperwil Maluku (SP)