MEMAHAMI PEMBANGUNAN KARAKTER MASYARAKAT IRAN* (Dede Farhan Aulawi)

Menarik ketika membaca tulisan pak Asrul Sani terkait masyarakat Iran. Terlebih di kala masyarakat dunia menaruh perhatian besar terkait keteguhan dan kekuatan Iran ketika kemarin dengan lantang dan gagah berani berperan melawan Israel dan Amerika.

Dimana propaganda yang dibangun selama ini khususnya tentang Israel, Mossad, Iron Dome dan IDF -nya terlalu dibesar – besarkan untuk membangun narasi sebagai instrumen psikologi dalam membunuh militansi negara – negara yang bersebrangan dengan Israel.

Bacaan Lainnya

Dalam peperangan kemarin, Iran bukan hanya mampu membuat hancurnya infrastruktur fisik kota – kota di Israel.

tetapi juga mampu meruntuhkan mitos ketangguhan dan kecanggihan teknologi militer Israel sehingga harga diri pemerintahnya pecah berkeping – keping, dan psikologi kesombongannya runtuh bertekuk lutut di mata dunia.

Bahkan presiden Netanyahu seolah tidak memiliki harga diri lagi di depan rakyatnya.

Selama ini banyak orang salah menilai Iran. Mereka pikir Iran negeri miskin yang keras kepala. Padahal mereka adalah negeri yang tahu siapa jati dirinya, dan tahu apa arti moral dalam menjunjung tinggi nilai – nilai kemanusian.

Banyak pihak yang hanya bisa mengecam dan mengutuk kebiadaban zionis terhadap rakyat Palestina, lalu dirapatkan di forum – forum internaional tanpa aksi nyata dalam menghentikan pertunjukan kebiadaban zionis di depan masyarakat dunia tanpa punya rasa risih sedikitpun.

Pada kesempatan ini dijelaskan beberapa fakta tentang Iran yang mungkin tidak diketahui masyarakat umum, yaitu :

1. Pemimpin Ulama vs Presiden Pengusaha

Iran dipimpin oleh Rahbar, ulama tertinggi yang dipilih oleh Dewan Majelis, bukan oleh partai politik atau kekuatan modal. Sedangkan presiden Iran yang dipilih rakyat, hanya menjalankan pemerintahan sehari-hari.

Coba kita bandingkan dengan Amerika, yang sering dipimpin oleh tokoh dari kalangan pengusaha besar, hasil dari pertarungan kampanye miliaran dolar. Pemilihan bukan soal kebijaksanaan, tapi kekuatan dana dan lobinya.

2. Embargo Menguatkan vs Globalisasi Melemahkan

Iran hidup di bawah embargo ketat. Tapi justru dari tekanan itu mereka tumbuh, mengembangkan teknologi sendiri, memproduksi vaksin, menguasai sistem pertahanan siber, dan bahkan drone tempurnya.

Amerika, meski tanpa embargo, dan memiliki pangkalan militer terbanyak di dunia justru sangat bergantung pada produksi Tiongkok, teknologi Asia, dan tenaga kerja migran. Sekali rantai pasokan terganggu, ekonomi bisa terpengaruh.

3. Mall Terbesar Dunia Tanpa Brand Amerika

Iran memiliki mall yang 7 kali lipat lebih luas dari Grand Indonesia. Tapi yang membuat saya tercengang, tak ada McDonald’s, KFC, Starbucks, H&M, atau brand global lainnya. Isinya? Produk dalam negeri. Rakyat Iran bangga memakai buatan sendiri dan ekonomi tumbuh dari produk dan brand milik negeri sendiri.

Sementara di Amerika dan Indonesia, mall-mall penuh dengan brand asing, menciptakan budaya konsumtif dan ketergantungan pada ekonomi global.

4. Pahlawan Dihormati.

Di Iran, nama-nama dan foto syuhada tertulis di jalan-jalan utama. Keluarga mereka diberi penghormatan dan fasilitas oleh negara.

Di Amerika, banyak veteran perang yang justru hidup menggelandang, mengalami ketergantungan dan terabaikan oleh sistem kesehatan negara yang mahal.

5. Tanpa Pengemis vs Homeless

Di kota-kota besar Iran tidak ada pengemis. Pemerintah hadir menjaga kehidupan rakyatnya. Bandingkan dengan Amerika, negara adidaya yang memiliki lebih dari ratusan ribu tunawisma, bahkan di pusat kota besar seperti New York dan Los Angeles.

6. Perpustakaan Hidup vs Budaya Konten

Iran, terutama kota seperti Qom dan Tehran, memiliki perpustakaan besar yang hidup siang dan malam. Anak-anak muda membaca filsafat, tafsir, hingga riset ilmiah.

Sementara di Amerika, budaya literasi digerus oleh TV Netflix, dan scroll tak berujung di media sosial.

7. Film Penuh Makna vs Hiburan Komersial

Film-film Iran menang di Cannes dan Oscar karena cerita yang menyentuh. Nilai-nilai moral dan spiritual ditanamkan tanpa propaganda.

Film Hollywood, meski megah, sering menjual kekerasan, seksualitas, dan konsumerisme. Hiburan menjadi dagangan, bukan lagi sarana refleksi jiwa.

8. Inovasi Karena Keterbatasan

Embargo membuat Iran semakin kreatif menciptakan segalanya sendiri, dari drone hingga sistem keamanan digital. Ketekunan mereka bukan pilihan, tapi keharusan yang ditempa oleh keadaan.

Amerika, meski disebut inovator, justru sering bergantung pada korporasi luar dan sistem subkontrak yang tidak sepenuhnya milik nasional.

9. Kesehatan Untuk Semua vs Bisnis Asuransi

Iran memberikan layanan kesehatan murah, bahkan gratis, kepada rakyatnya. Rumah sakit ramai tapi berjalan.

Di Amerika, tanpa asuransi, Anda tak bisa dirawat. Sistem kesehatan mereka dikuasai korporasi. Kesehatan berubah jadi komoditas mahal.

10. Transportasi Publik Modern dan Terjangkau

Iran punya sistem metro bawah tanah modern di kota besar seperti Tehran. Harga tiket? 10.000 Rial Iran, atau sekitar Rp3.500 – Rp5.000 sekali jalan. Murah, bersih, dan cepat.

Lebih mencengangkan lagi, harga bensin subsidi di Iran hanya sekitar Rp. 3.000 – Rp5.000 per liter, jauh lebih murah 2 kali lipat dibandingkan Pertalite di Indonesia yang sudah menembus Rp10.000/liter.

Iran adalah cermin untuk kita belajar. Bukan untuk ditiru secara total, tapi untuk direnungkan dengan hati yang jernih.

Karena bisa jadi, di tengah hiruk pikuk globalisasi dan ketergantungan, kita lupa bagaimana caranya berdiri dan berkreasi dengan produk dan jasa dari negeri kita sendiri.

Semoga kita sadar, bahwa kitapun bisa bangkit dan lebih baik lagi, dalam perekonomian, transportasi, literasi dan peradaban di masa depan dengan berkaca pada Iran.

Ambilah contoh yang baik dari siapapun. Semoga bermanfaat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *