Muhamad Daniel Rigan Dalam Prespektif Memahami Makna Berkah dan Rezeki

Fokuspost.com | Maluku – Muhamad Daniel Rigan (MDR) ternyata bukan saja piawai dalam dunia bisnis, tapi rupanya MDR memiliki kecerdasan intelektual dan kepekaan “RASA” dalam merangkai kata sehingga menjadi untaian kalimat yang enak dibaca, mudah dimengerti dan penuh “PETUAH” dalam proses kehidupan anak manusia.

MDR ingin mengajak kita berselancar dalam memahami dirinya dan diri kita semua di hadapan sang pencipta sebagai mahluk yang memiliki ‘ketergantungan’ dengan menyandarkan kita pada dua suku kata yakni BERKAH dan REZEKI. Pemilahan dua suku kata tersebut sesungguhnya bukanlah sesuatu yang kebetulan melainkan ada “imposible hand” (tangan gaib) yang membimbingnya karena keduanya mempunyai makna yang mendalam.

Kata ‘rezeki’ disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 123 kali dengan bentuk Fi’il. Rezeki terbagi dua yakni rezeki zahir dan rezeki bathin. Rezeki dalam Islam diartikan sebagai segala hal yang memberikan manfaat kepada mahluk ciptaan Allah.

Sedangkan kata ‘berkah’ adalah karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia. Kalau kedua suku kata ini digabungkan menjadi “Rezeki yang Berkah”, maka akan bermakna harta yang dimiliki oleh seorang muslim yang membuat dirinya selalu merasa berkecukupan dengan harta tersebut.

Sesungguhnya MDR ingin mengajak kita menelusuri lorong-lorong kehidupan tentang hakekat pengenalan diri yang pada tingkatan tersebut seseorang sudah tidak lagi “diperbudak” oleh hal-hal yang sifatnya duniawi semata melainkan sudah memiliki sifat “ELING” (kesadaran/ingat diri) yang membawa seseorang untuk menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat.

Pikiran-pikiran MDR yang dituangkan dalam tulisan-tulisannya memberikan pesan moral tentang pengenalan diri dengan pendekatan spiritual yang merupakan pendekatan yang cenderung menyentuh satu sisi spiritualitas manusia, mengembalikan manusia pada sebuah kesadaran darimana dia berasal, alasan mengapa manusia diciptakan, dan tugas-tugas yang harus dilakukan manusia di dunia.

Berikut adalah kutipan tulisan MDR yang diunggah pada laman facebooknya.
….berkah dan rezeki kalau dilihat dari sisi manfaat keliatannya dua suku kata ini sama artinya karena dua-duanya menyatakan sesuatu yang kita terima. Tapi pada kenyataannya manusia itu ada yang mencarinya ada juga yang hanya menerimanya tanpa susah payah.

Sehingga ada yang mengatakan rezeki itu harus dicari. Ada juga yang mengatakan rezeki itu takdir. Oleh karena itu saya lebih tepat menempatkan kata berkah pada yang menerima dan rezeki pada yang mencarinya. Tapi rezeki juga belum bisa jadi berkah kalau didapatinya dengan jalan yang salah, kata orang itu tidak jadi berkah.

Nah proses pemikiran ini membuat saya merubah paradigma berfikir dalam menempatkan kebijakan usaha/bisnis saya. Apakah saya memilih kerja untuk mencari rezeki atau memilih kerja untuk menerima berkah.

Sistim otak saya berfikir dan mengendalikan management hidup saya untuk mencari rezeki, akan tetapi saya mengendalikan otak saya untuk mengelola management hidup saya untuk menerima berkah.

Lalu kalau rezeki itu cari, maka jelas kita belum tau kepastiannya, kadang dapat, kadang tidak, kadang ditipu, ya namanya cari itu sesuatu yang tidak kita ketahui.

Kalau begitu apakah mencari rezeki itu sebuah kebenaran? Apakah kita terlahir untuk mencari sesuatu yang tidak kita ketahui? Allah maha besar ingin agar manusia menunjukan kebesaran-Nya, dengan segala kelimpahan-Nya di dalam hidup kita agar manusia menunjukan manifestasi-Nya lewat hidup kita agar manusia menunjukan kemuliaan-Nya dinyatakan dalam hidup anak-anak manusia.

Tetapi kita sibuk mencari rezeki, betapa kasiannya hidup saya kalau tidak cepat-cepat bangun dari kebodohan ini dan kembali mengenal diriku sendiri. Bayangkan bagimana saya mencari sesuatu sementara SANG PEMILIK sesuatu ada bersamaku, karena sekecil tenagaku adalah milik-Nya, dan jika saya selalu mencari maka saya akan cari yang lainnya juga.

Jabatan, kekuasaan, kekayaan, kehormatan, kemuliaan, kebesaran, dan banyak hal lain. Hitung-hitung sampai dia meninggalkan jasadku, maka semua hidup saya menjadi kesia-siaan, tidak ada lagi waktu untuk saya melayani-Nya di dalam aku.
Salam restorasi akal sehat.

Kaperwil Maluku (SP)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *