Seringkali kita mendengar anggapan bahwa seseorang dianggap baik karena dia beragama. Memang, agama banyak mengajarkan nilai-nilai kebaikan, seperti kejujuran, kasih sayang, dan keadilan.
Namun, kebaikan sejati tidak hanya lahir dari keyakinan beragama semata. Kebaikan yang tulus justru berasal dari kemampuan seseorang menggunakan akal sehatnya untuk memahami dunia dan bagaimana tindakannya mempengaruhi orang lain.
Beragama tanpa diiringi pemahaman dan pemikiran kritis kadang hanya menjadi rutinitas atau kebiasaan kosong. Ada orang yang mungkin menjalankan ibadah secara rutin, namun tetap melakukan hal-hal yang merugikan sesama.
Di sisi lain, ada pula yang mungkin tidak mengikuti agama tertentu secara formal, namun justru sangat menghormati nilai-nilai kemanusiaan, selalu berbuat baik, dan menjaga keadilan di sekitar mereka.
Menggunakan akal sehat berarti seseorang mampu berpikir jernih, mempertimbangkan konsekuensi dari setiap tindakannya, dan memilih untuk berbuat baik bukan karena takut akan hukuman masuk neraka atau ingin mendapat pujian dan masuk surga, tetapi karena sadar bahwa kebaikan membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Akal sehat membantu kita membedakan mana yang benar dan salah, mana yang adil dan tidak, serta mendorong kita untuk berempati terhadap perasaan dan kebutuhan sesama.
Dalam kehidupan sosial yang kompleks, kebaikan yang hanya berdasarkan ritual atau dogma agama tanpa pemikiran kritis mudah rapuh. Sebaliknya, kebaikan yang didasari oleh akal sehat mampu bertahan dan berkembang, karena ia lahir dari kesadaran yang mendalam. Orang yang menggunakan akal sehat dalam berbuat baik tidak memilih kebaikan hanya untuk kelompoknya sendiri, tetapi juga untuk kemanusiaan secara luas, tanpa memandang latar belakang agama, suku, atau golongan.
Oleh karena itu, marilah kita memahami bahwa kebaikan sejati bukanlah semata hak milik mereka yang beragama, melainkan hak setiap manusia yang mau menggunakan akalnya untuk memilih jalan yang benar dan penuh kasih. Dengan akal sehat, kebaikan akan menjadi landasan yang kuat dalam membangun masyarakat yang harmonis dan damai.
(Mus Latuconsina)







