Oleh: Muz MF. Latuconsina
Pasar Gotong Royong, yang seharusnya menjadi pusat denyut nadi ekonomi rakyat, kini tak ubahnya seperti bangunan rumah hantu yang terbengkalai. Di jantung Kota Ambon, bangunan yang dulunya ramai oleh aktivitas pedagang dan pembeli itu kini berdiri suram, gelap, dan menyedihkan.
Di bawah kepemimpinan Wali Kota Ambon, Bodewin Wattimena, publik menantikan perubahan dan penataan kota yang lebih baik. Namun, ironi justru terjadi di depan mata. Pasar Gotong Royong, simbol ekonomi kerakyatan dan warisan sejarah kota, justru dibiarkan tak terurus, penuh sampah, cat yang mengelupas, dan struktur bangunan yang mulai rapuh.
Warga bertanya-tanya: di mana perhatian pemerintah kota? Apakah revitalisasi infrastruktur hanya menjadi jargon kampanye tanpa realisasi nyata? Sementara dana APBD terus digelontorkan untuk proyek-proyek lain, tempat yang seharusnya menjadi pusat pemberdayaan ekonomi lokal justru berubah menjadi monumen kegagalan tata kelola.
Jika pemerintah kota tak segera bertindak, bukan hanya wajah kota yang tercoreng, tetapi juga kepercayaan rakyat terhadap kepemimpinan Bodewin Wattimena yang akan makin terkikis. Kota Ambon butuh pemimpin yang tidak hanya hadir dalam baliho, tapi juga nyata dalam kerja-kerja untuk rakyat.
Kaperwil Maluku (SP)







