Pelajaran dari Seorang Bupati Zulkarnain: Batas Wilayah Bukanlah Tembok Penghalang Kemanusiaan

Editorial oleh: Muz MF. Latuconsina

Ada sebuah pesan yang lahir dari tindakan sederhana, namun menyimpan makna yang dalam.

Bacaan Lainnya

Pesan itu datang dari Bupati Maluku Tengah, Zulkarnain Awat Amir, yang menyalurkan bantuan kepada warga Hunuth di Kota Ambon—wilayah yang bahkan bukan berada dalam lingkup pemerintahannya secara administratif.

Di balik langkah itu, tersimpan sebuah pelajaran berharga: bahwa batas wilayah hanyalah garis imajiner di peta, bukan tembok penghalang bagi nurani.

Seorang pemimpin sejati memahami, kemanusiaan tidak mengenal sekat geografis. Derita dan air mata tidak pernah menanyakan KTP atau alamat domisili. Saat luka sosial menganga, yang dibutuhkan adalah uluran tangan, bukan hitung-hitungan kewenangan.

Apa yang dilakukan Bupati Zulkarnain adalah cermin bahwa kepemimpinan bukan hanya soal mengurus daerah sendiri, melainkan juga keberanian untuk merangkul sesama, meski berbeda batas administratif.

Ia mengingatkan kita bahwa di atas segala aturan, ada hukum kemanusiaan yang jauh lebih luhur: saling membantu, saling menguatkan.

Dalam dunia yang sering dipenuhi sekat dan perbedaan, tindakan ini bagai embun sejuk di tanah gersang. Ia menyampaikan pesan tak tertulis kepada kita semua:

jadilah manusia yang melampaui batas. Sebab, garis batas hanyalah milik peta, tetapi hati manusia adalah samudera luas yang bisa menampung kasih sayang tanpa ujung.

Dari Maluku Tengah hingga Hunuth, dari sebuah daerah ke daerah lain, pelajaran ini terus bergema: kita adalah satu keluarga besar bernama kemanusiaan.

Kaperwil Maluku (SP)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *