Perjalanan panjang itu bermula pada tahun 2013, ketika Gunung Botak masih menjadi persimpangan harapan dan kekhawatiran.
Di tengah hiruk-pikuk para pencari rezeki, suara mesin, dan langkah yang tak pernah henti, muncullah sosok Ruslan Arif Soamole seorang anak daerah yang hadir dengan mimpi besar: menghadirkan kesejahteraan yang lebih adil melalui sebuah wadah bersama yang disebut koperasi.
Bagi banyak orang, ide itu terdengar sederhana. Namun bagi Ruslan, koperasi adalah tameng terakhir jalan satu-satunya untuk melindungi masyarakat dari ancaman penggunaan B3 yang kian tak terbendung, sekaligus membuka pintu pendapatan bagi daerah.
Ia tahu betul bahwa tanpa organisasi yang kuat, tanah leluhur itu akan terus menjadi medan yang rawan, tempat orang kecil mudah terpinggirkan.
Sejak awal, langkahnya tidak mudah. Setiap upaya yang ia lakukan sering berbalas fitnah. Setiap niat baik yang ia sampaikan tak jarang dianggap curiga.
Ia dihujat, dipertanyakan, bahkan dicemooh oleh sebagian orang yang tak memahami arah perjuangannya. Ada hari-hari ketika tuduhan itu terasa seperti batu yang dilemparkan ke dadanya.
Ada malam-malam panjang ketika ia bertanya pada diri sendiri, apakah semua ini sepadan.
Namun Ruslan tidak pernah berhenti.
Ia tetap berdiri tegak, seolah Gunung Botak sendiri menjadi saksi kegigihannya. Ia berjalan dari kampung ke kampung, berdiskusi, meyakinkan, menjelaskan, dan kembali menjelaskan.
Ia memikul keyakinan bahwa masyarakat di tanah itu harus menjadi tuan di negeri sendiri. Bahwa sumber daya alam bukan sekadar cerita emas, tapi sumber kesejahteraan bagi banyak keluarga—bila dikelola bersama dan bukan oleh segelintir orang.
Setiap rintangan justru mengasah tekadnya. Setiap cercaan justru menguatkan keyakinannya.
Ia tidak mencari kemuliaan, tidak pula mengejar nama; ia hanya ingin melihat masyarakat hidup lebih layak, dan daerah mendapatkan pendapatan sebagai bukti bahwa Gunung Botak dapat dikelola dengan cara yang lebih manusiawi.
Dan di antara debu tanah dan panas matahari yang menyengat, suara Ruslan terus menggema:
“Selama koperasi belum berdiri, kesejahteraan belum benar-benar hadir. Selama masyarakat belum dilindungi, perjuangan belum selesai.”
Perjalanannya adalah perjalanan keikhlasan—panjang, melelahkan, dan penuh luka—namun tidak pernah berhenti. Sebab ia percaya bahwa perubahan besar memang sering dimulai oleh satu orang yang berani bermimpi dan tidak takut berdiri sendiri.
Hingga hari ini, nama Ruslan Arif Soamole tak hanya dikenang sebagai penggagas awal koperasi di Gunung Botak, tetapi sebagai simbol keteguhan hati. Sebagai bukti bahwa perjuangan demi kesejahteraan rakyat tak akan pernah runtuh selama masih ada orang yang menjaga api harapan itu tetap menyala.
Kaperwil Maluku (SP)







