PT Global Emas Bupolo, Harapan Baru Pulau Buru: Menahan Laju “Minamata” dari Kali Anhoni

Di tengah ancaman bencana ekologis yang mengintai Pulau Buru ancaman yang mengingatkan dunia pada tragedi Minamata di Jepang muncul satu harapan baru dari sektor swasta: PT Global Emas Bupolo (GEB) di bawah kepemimpinan Direktur Utama Mansyur Latakka.

Kehadiran perusahaan ini menjadi titik balik penting di saat pemerintah belum mampu menuntaskan akar persoalan pencemaran di Kali Anhoni.

Bacaan Lainnya

Kali Anhoni: Sungai yang Menuju Jurang Bencana

Selama bertahun-tahun, Kali Anhoni menjadi tempat pembuangan limbah aktivitas penambangan emas yang tidak terkontrol.

Hasil riset terbaru dua akademisi UNPATTI, Prof. Male dan Dr. Netty, menemukan bahwa sungai ini telah memasuki fase krisis, dengan kadar merkuri dan cemaran berbahaya lain yang dapat memicu wabah gangguan saraf, cacat lahir, dan kematian perlahan.

Dari sungai, racun itu merambat ke laut, lalu menuju tubuh masyarakat yang menggantungkan hidup pada ikan. Pola ini persis seperti yang terjadi di Minamata dan sejarah itu tampak hendak terulang di Buru.

Bayang-Bayang Minamata di Maluku

Jika dibiarkan, Maluku dapat menghadapi bencana kesehatan yang jauh lebih luas dibanding Minamata, karena Laut Maluku adalah sumber pangan bagi jutaan warga.

Ancaman itu bukan lagi sesuatu yang bisa ditunda. Setiap hari yang berlalu tanpa penanganan berarti racun makin mengalir, makin menumpuk, makin masuk ke tubuh manusia.

Pulau Buru seperti berjalan menuju tragedi dalam diam.

PT GEB Hadir: Menyodorkan Solusi Saat Pemerintah Terbatas

Di tengah situasi krisis inilah PT Global Emas Bupolo (GEB) tampil mengambil peran yang tidak semua perusahaan berani jalankan.

Di bawah arahan Direktur Utama Mansyur Latakka, PT GEB menyatakan komitmen langsung untuk melakukan pengangkatan sedimen di Kali Anhoni, sedimen yang selama ini menjadi sarang penumpukan sianida, merkuri, dan logam berat lainnya.

Langkah ini sangat krusial karena:

Sedimen tercemar adalah sumber utama racun yang terus mengalir ke hilir.

Pemerintah tidak memiliki cukup sumber daya untuk melakukan pengerukan besar-besaran.

Pemulihan ekologis membutuhkan teknologi, tenaga, dan pendanaan yang signifikan.

Tanpa tindakan langsung, laju pencemaran hanya akan semakin parah.

Dengan turun tangannya PT GEB, masyarakat Buru mulai melihat cahaya di ujung lorong gelap.
Upaya pengerukan sedimen ini bukan sekadar kegiatan teknis—ini adalah penyelamatan masa depan pangan, kesehatan, dan generasi Pulau Buru.

Harapan Baru Terbuka, Tetapi Kolaborasi Tetap Kunci

Meski kehadiran PT GEB membawa angin segar, tugas besar ini tidak bisa diserahkan pada satu pihak saja.

Pemerintah harus hadir dengan regulasi yang tegas, akademisi harus mengawal proses dengan ilmu pengetahuan, dan masyarakat harus dilibatkan sebagai penjaga lingkungan.

PT GEB dapat menjadi motor penggerak, tetapi pemerintah harus memastikan jalannya pemulihan tidak lagi terhambat kebijakan yang lemah atau pembiaran seperti sebelumnya.

Penutup: Selamatkan Buru Sebelum Terlambat

Pulau Buru sedang berdiri di ambang bencana yang mengingatkan kita pada Minamata—sebuah tragedi yang tak boleh terulang.
Namun kini, dengan hadirnya PT Global Emas Bupolo sebagai pihak swasta yang bersedia bertindak nyata, jalan keluar mulai terbentuk.

Kali Anhoni tidak boleh menjadi kuburan diam bagi masa depan anak-anak Maluku.
Dengan kerja bersama, dan dengan langkah awal yang telah ditunjukkan PT GEB, Pulau Buru masih dapat diselamatkan dari racun yang mengalir pelan namun mematikan.

Kaperwil Maluku (SP)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *