Oleh: Kacab PT Pelni Namlea, Agus Herianta
Ada yang berbeda dari perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di Namlea tahun ini. Bukan di lapangan terbuka atau halaman perkantoran, melainkan di atas geladak KM Sangiang saat kapal sandar di Pelabuhan Namlea,
Sebuah kapal penumpang milik PT Pelni. Di sana, bendera merah putih berkibar gagah, ditemani semilir angin laut dan debur ombak sebagai saksi bisu.
Upacara di atas kapal bukan sekadar seremoni, melainkan simbol betapa kemerdekaan adalah milik seluruh rakyat, dari gunung hingga pesisir, dari desa terpencil hingga geladak kapal yang berlayar menghubungkan pulau-pulau.
Seluruh kru, pegawai PT Pelni Cabang Namlea, ikut larut dalam kekhidmatan. Ada rasa bangga, ada rasa haru, bahwa di manapun kita berada, semangat 17 Agustus tetap menyala.
Lebih menarik lagi, setelah prosesi upacara, suasana berubah meriah dengan berbagai lomba rakyat di dermaga: balap karung, tarik tambang, hingga makan kerupuk.
Penumpang dan kru kapal bercampur dalam tawa, melupakan sejenak penat perjalanan.
Di sana, kita menyaksikan wajah sejati kemerdekaan: kebersamaan tanpa sekat, persaudaraan yang tidak mengenal status atau jabatan.
Momentum ini memberi pelajaran berharga. Bahwa kemerdekaan bukan hanya soal mengenang perjuangan masa lalu, tetapi juga merawat persatuan hari ini. Di tengah gelombang kehidupan yang semakin kompleks,
Kita membutuhkan ruang-ruang sederhana seperti ini—di mana rakyat bisa tersenyum bersama, saling menguatkan, dan merasa menjadi bagian dari bangsa yang besar.
Apa yang dilakukan PT Pelni Cabang Namlea adalah teladan kecil namun bermakna.
Ia menunjukkan bahwa cinta tanah air tidak harus ditunjukkan dengan seremoni megah, tetapi bisa juga dengan sederhana: mengibarkan bendera di atas kapal, lalu tertawa bersama dalam lomba rakyat.
Di atas gelombang, di bawah sang merah putih, kita kembali diingatkan: kemerdekaan ini adalah milik kita semua, dan tugas kita adalah menjaganya.
Kaperwil Maluku (SP)