Oleh Muz MF. Latuconsina
Momentum yudisium Fakultas Ekonomi Universitas Iqra Buru (UNIQBU) yang diikuti oleh 75 mahasiswa bukan hanya seremoni akademik, melainkan simbol transisi penting dari dunia kampus menuju realitas kehidupan sosial dan profesional yang lebih kompleks.
Dalam sambutannya, Rektor UNIQBU, Dr. M. Sehol, menyampaikan pesan yang sangat relevan: “Jangan pernah berhenti belajar.” Sebuah kalimat sederhana namun sarat makna dalam konteks zaman yang terus berubah.
Di era disrupsi teknologi, termasuk kehadiran kecerdasan buatan (AI), tantangan lulusan perguruan tinggi tak lagi sesederhana mencari pekerjaan. Mereka dihadapkan pada lanskap kerja yang bergeser cepat dan menuntut kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan spesialis. Dunia tidak lagi hanya mencari ijazah, tapi solusi. Maka, menjadi pembelajar sepanjang hayat bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
Pergeseran dari pendidikan generalis menuju spesialisasi yang ditekankan oleh Rektor UNIQBU menunjukkan bahwa institusi pendidikan mulai menyesuaikan diri dengan kebutuhan masa depan. Di sinilah peran penting kampus sebagai ruang inkubasi intelektual yang tidak hanya menghasilkan sarjana, tetapi juga pencipta perubahan. Pendidikan tinggi harus melahirkan lulusan yang tidak hanya siap kerja, tapi juga siap menciptakan kerja.
Capaian akademik yang tinggi, dengan rata-rata IPK di atas 3,5, tentu patut diapresiasi. Namun, prestasi sejati para lulusan akan diukur bukan dari angka, melainkan dari kontribusi nyata mereka di tengah masyarakat—apakah mereka hadir membawa solusi, nilai, dan kemajuan?
Yudisium hari ini adalah gerbang. Apa yang ada di balik gerbang itu adalah medan perjuangan sesungguhnya. Maka, bagi para lulusan: jadilah pembelajar seumur hidup, jadilah warga negara yang adaptif, dan jadilah agen perubahan. Karena sejatinya, gelar bukan akhir dari perjalanan—ia adalah awal dari tanggung jawab yang lebih besar.
Kaperwil Maluku (SP)







