Editorial oleh: Drs. Muz Latuconsina, MF.
Langkah kecil yang berarti besar baru saja dimulai dari Kabupaten Buru. Peletakan batu pertama pembangunan 300 rumah bersubsidi di Desa Lala, Kecamatan Namlea, Sabtu (24/10), bukan sekadar seremoni biasa.
Ia adalah simbol hadirnya negara benar-benar hadir di tengah kebutuhan mendesak masyarakat Maluku akan hunian layak dan terjangkau.
Pemerintah Provinsi Maluku bersama Pemerintah Kabupaten Buru, BP Tapera, dan Bank BTN mengawali realisasi Program Tiga Ribu Rumah di daerah ini.
Dari target 3.000 unit rumah bersubsidi untuk seluruh Maluku pada 2025, Kabupaten Buru menjadi pionir.
Inilah kabar baik yang menandai keseriusan pemerintah daerah dalam mendukung visi nasional: mewujudkan kesejahteraan lewat kepemilikan rumah.
Rumah bukan sekadar tempat berteduh; ia adalah fondasi kesejahteraan keluarga. Dari sanalah tumbuh rasa aman, martabat, dan harapan.
Karena itu, komitmen pemerintah untuk menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan Aparatur Sipil Negara (ASN) patut diapresiasi.
Dengan skema bunga tetap 5 persen, uang muka ringan mulai dari 1 persen, tenor panjang hingga 20 tahun, serta subsidi uang muka Rp4 juta, program ini menjadi semakin realistis dijangkau oleh rakyat kecil.
Lebih dari 3.600 warga telah mendaftar untuk mendapatkan rumah ini.
Angka itu berbicara lantang tentang betapa mendesaknya kebutuhan akan hunian di Maluku.
Ketika harga tanah dan material bangunan terus merangkak naik, kehadiran rumah bersubsidi menjadi angin segar bagi mereka yang selama ini hanya bisa bermimpi memiliki rumah sendiri.
Namun, apresiasi tidak boleh meninabobokan kewaspadaan. Program ambisius seperti ini memerlukan pengawasan ketat. Pemerintah daerah, pengembang, dan lembaga keuangan harus memastikan pembangunan dilakukan tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat mutu.
Jangan sampai program mulia ini tercoreng oleh praktik-praktik manipulatif, seperti penjualan rumah subsidi kepada pihak yang tidak berhak atau pembangunan dengan kualitas rendah.
Kita juga berharap, dampak dari program ini meluas ke sektor lain. Pembangunan perumahan tentu akan menggerakkan ekonomi lokal membuka lapangan kerja, menggairahkan sektor konstruksi, dan menumbuhkan usaha kecil menengah di sekitarnya.
Dengan sinergi yang baik, rumah bersubsidi bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga katalis pertumbuhan ekonomi daerah.
Langkah yang dimulai di Buru hari ini adalah cermin dari harapan besar: bahwa pembangunan tidak hanya milik kota besar, tetapi juga menyentuh daerah-daerah di pelosok Nusantara.
Maluku, yang kaya akan rempah dan budaya, kini mulai menanam benih kesejahteraan baru dari batu pertama rumah bersubsidi.
Keberhasilan langkah ini tentu tidak terlepas dari kerja keras dan komitmen Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, serta Bupati Buru, Ikram Umasugi, yang dengan sungguh-sungguh memperjuangkan hingga terwujudnya proses pembangunan rumah bersubsidi di Desa Lala.
Keberhasilan ini juga tidak lepas dari lobi dan kerja keras Gubernur Hendrik Lewerissa ke pemerintah pusat, khususnya melalui Kementerian Perumahan dan Permukiman, hingga program strategis nasional ini dapat direalisasikan di Maluku.
Apresiasi yang sama patut diberikan kepada Bupati Buru, Ikram Umasugi, yang berperan aktif dalam mendukung dan memastikan program rumah subsidi ini dapat masuk dan berjalan dengan baik di Kabupaten Buru.
Dukungan penuh juga datang dari legislatif, Rustam Fadly Tukuboya, yang terus mendorong agar program ini mendapat perhatian dan pengawalan serius dari berbagai pihak.
Atas nama masyarakat Maluku, Redaksi menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Gubernur Hendrik Lewerissa dan Bupati Ikram Umasugi atas dedikasi dan kepeduliannya dalam menghadirkan harapan baru bagi rakyat.
Pemerintah telah memulai langkahnya. Kini, tugas kita bersama adalah menjaga semangat dan integritas program ini, agar ribuan keluarga di Maluku benar-benar dapat memiliki rumah yang bukan sekadar bangunan, melainkan tempat tumbuhnya mimpi dan masa depan.
Redaksi percaya: ketika rakyat memiliki rumah, mereka tak hanya memiliki atap mereka memiliki harapan.
Kaperwil Maluku (SP)







