fokuspost.com-Di tengah dinamika panjang pengelolaan Gunung Botak, Ruslan Arif Soamole hadir dengan gagasan yang berpijak pada akar budaya dan kebutuhan masyarakat Buru.
Baginya, tambang tidak boleh sekadar menjadi aktivitas ekonomi, tetapi harus berakar pada IPR kearifan lokal tambang rakyat sebuah model yang menempatkan rakyat sebagai pemilik dan pengatur utama aktivitas di tanah mereka sendiri.
Karena itu, Ruslan menegaskan bahwa 10 koperasi yang hadir di Gunung Botak membuka diri sepenuhnya kepada seluruh masyarakat, khususnya masyarakat adat, untuk bekerja, terlibat, dan mendapatkan manfaat secara adil.
Tidak boleh ada warga yang ditutup aksesnya di tanah tempat leluhurnya hidup. Koperasi menjadi rumah bersama, tempat persatuan dibangun kembali melalui semangat gotong royong.
Dalam menjaga keseimbangan alam dan nilai-nilai adat, Ruslan juga memastikan bahwa alat berat tidak diperbolehkan masuk dan beroperasi di areal koperasi di Gunung Botak.
Keputusan ini bukan sekadar teknis, tetapi bentuk komitmen moral untuk menjaga lingkungan, menghargai batas-batas adat, dan memastikan pekerjaan tetap berada dalam kendali rakyat, bukan modal besar.
Lebih dari itu, Ruslan menegaskan bahwa koperasi tidak akan memulai aktivitas apa pun sebelum seluruh hak pemilik ketel dan hak-hak ulayat diselesaikan secara tuntas dan dihormati.
Sikap ini menunjukkan komitmen untuk tidak mengulangi kesalahan masa lalu, di mana masyarakat adat sering terpinggirkan saat tambang mulai beroperasi.
Di tengah isu dan provokasi yang mencoba memecah belah masyarakat, Ruslan memilih jalan dialog. Baginya, akar persoalan bukanlah pertentangan tujuan, melainkan salah komunikasi yang dibiarkan melebar.
Jika ruang komunikasi dibuka dan masyarakat kembali berpijak pada nilai-nilai kearifan lokal, ia percaya tambang rakyat bisa menjadi jalan menuju kesejahteraan bersama—bukan sumber konflik.
Melalui pendekatan ini, Ruslan Arif Soamole tengah membangun fondasi baru bagi Buru: pengelolaan tambang rakyat yang manusiawi, berkeadilan, tetap menghormati adat, dan berpijak pada kearifan lokal yang dari dulu menjaga Gunung Botak.
Kaperwil Maluku (SP)







