Sopi: Negeri Ini Butuh Akal Sehat, Bukan Sekadar Teriakan Haram dari Mimbar

Di negeri ini, segala sesuatu yang tidak dipahami secara utuh sering kali langsung dilabeli haram. Lebih parah lagi, label itu tidak datang dari negara yang punya tanggung jawab hukum,

 Melainkan dari sebagian kelompok agamis yang merasa cukup dengan ayat dan dalil tanpa menyentuh akar masalah sosial. Salah satu contohnya adalah sopi Senin (28/7/2025).

Bacaan Lainnya

 Minuman tradisional Maluku yang belakangan ini kembali menjadi polemik setelah wacana legalisasinya disampaikan oleh Wakil Gubernur Maluku, Abdullah Vanath.

 

Tanpa mencoba duduk bersama, tanpa menimbang realitas sosial dan budaya masyarakat yang menggantungkan hidup dari penyulingan sopi, sebagian kelompok agamis justru buru-buru menghakimi: “haram!”

 

Mereka lupa bahwa agama tidak diturunkan hanya untuk menghakimi, tetapi juga untuk menghadirkan keadilan dan jalan keluar dari persoalan hidup umat.

 

Apakah mereka tahu bahwa di pegunungan dan pesisir Maluku, ribuan kepala keluarga hidup dari menyuling sopi? Apakah mereka peduli bahwa karena status ilegal,

 

sopi justru dijual di lorong-lorong gelap, dioplos sembarangan, dan menelan korban jiwa? Sementara mereka sibuk menyuarakan “haram” dari balik mimbar, ibu-ibu di pedalaman menangis karena tidak bisa membeli kebutuhan sekolah anaknya.

 

Melegalkan sopi bukan berarti menganjurkan mabuk. Melegalkan artinya memberi ruang untuk mengatur, mengawasi, dan mendidik masyarakat agar tidak terjebak dalam praktik liar yang lebih berbahaya.

Negara hadir bukan untuk menghakimi, melainkan untuk menyelamatkan. Dan itu dimulai dari berani melihat realitas, bukan menutup mata dengan dogma sempit.

 

Lagipula, terlalu banyak kemunafikan dipertontonkan. Sopi dimaki sebagai setan, tetapi pesta-pesta diam-diam tetap berlangsung, bahkan sering dihadiri oknum-oknum yang sama.

Sopi dianggap dosa, tapi tak ada suara lantang saat rakyat miskin ditindas sistem, atau ketika hutan adat dibabat untuk tambang emas ilegal.

 

Sudah saatnya negeri ini diselamatkan dari cara berpikir yang picik. Solusi tidak lahir dari teriakan “haram” semata, tapi dari keberanian melihat masalah secara menyeluruh dengan akal sehat, empati, dan keberpihakan kepada rakyat kecil.

 

Sopi bisa diatur, kemunafikan tidak.
Dan negeri ini sudah terlalu lama dibungkam oleh yang kedua.

Salam Akal Sehat

Kaperwil Maluku (SP)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *