Surat Terbuka Kepada Bapak Presiden Indonesia Prabowo Subianto

Dari Timur, Kami Memohon: Jangan Padamkan Api Pengabdian Itu

Bapak Presiden yang kami hormati dan kami cintai.

Bacaan Lainnya

Izinkan kami dari timur Indonesia menulis dengan suara yang mungkin lirih,
tapi penuh cinta untuk negeri ini,
dan penuh harap atas keputusan yang adil bagi seorang putra bangsa:
Kompol Cosmas Kaju Gae.

Kami bukan datang membawa dalil,
bukan pula memohon untuk menutup kesalahan,
tapi kami datang membawa sehelai doa,
dan suara hati yang bergetar karena rasa kehilangan.

Bapak Presiden,
Kami tahu, hukum harus ditegakkan.
Tapi kami juga tahu, hukum bukan palu yang mematahkan harapan,
melainkan cahaya yang menuntun manusia pulang pada kebaikan.

Kompol Cosmas bukan tanpa cela.
Mungkin dalam satu langkahnya, ada yang tersandung.
Tapi ribuan langkah lain sebelumnya,
ia jalani dengan lurus—mengayomi, menjaga, dan mencintai tanah ini dengan seragam yang ia pakai dengan bangga.

Di Maluku, ia hadir saat rakyat bersuara.
Ia jaga agar mereka tetap aman,
agar tak ada darah, agar tak ada luka.
Dan benar, semuanya damai.
Tak ada api, tak ada jerit.
Hanya suara rakyat, dan petugas yang tetap berdiri—tanpa senjata diangkat.

Namun kini, keputusan itu datang…
Pemberhentian.

Dan di balik kata itu,
ada tangis istri yang menanti suami pulang dengan seragam,
ada anak-anak yang masih berharap melihat ayahnya berdiri gagah di hari Senin,
ada rakyat kecil yang kehilangan pelindung di daerah sunyi yang tak diliput media.

Bapak Presiden,
Jangan matikan pelita pengabdian itu.
Jangan cabut akar dari pohon yang masih ingin tumbuh.

Kami memohon,
dengan segenap kerendahan hati dan air mata yang belum kering,
tinjau kembali keputusan ini.
Beri satu kesempatan lagi—bukan untuk menutupi kesalahan,
tapi untuk membuktikan bahwa negeri ini masih punya ruang bagi keadilan yang berhati.

Hukum boleh tegas,
tapi pemimpin sejati memberi ruang bagi yang ingin bangkit.
Dan kami percaya,
Bapak adalah pemimpin seperti itu.

Dari Timur—dari tempat matahari pertama kali menyapa Indonesia—
kami berseru:
Biarkan Kompol Cosmas melanjutkan baktinya.
Biar negeri ini tahu, bahwa air mata tak selalu menjadi akhir,
tapi bisa jadi awal dari pengabdian yang lebih tulus lagi.

Dengan segala hormat dan harapan,
Kami menunggu,
dari Timur, dengan cinta dan doa.

Namlea, Buru, Maluku, 5 September 2025

Hormat kami,
(Mus Latuconsina)

Kaperwil Maluku (SP)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *