Tokoh masyarakat adat Buru, Nico Nurlatu, memberikan apresiasi atas langkah tegas Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, dalam menertibkan aktivitas di Gunung Botak dan memulihkan kawasan Kali Anhoni yang mengalami sedimentasi parah.
Menurutnya, kebijakan ini merupakan momentum penting untuk menyelamatkan lingkungan Pulau Buru dari kerusakan yang terus memburuk.
Selama bertahun-tahun, Gunung Botak menjadi pusat aktivitas penambangan ilegal yang menimbulkan dampak serius terhadap ekosistem, kualitas air, dan kehidupan masyarakat sekitar.
Upaya penertiban yang dilakukan Pemerintah Provinsi Maluku disebut Nico sebagai tindakan yang patut didukung seluruh elemen masyarakat.
“Langkah Gubernur ini sangat tepat. Kerusakan di Gunung Botak sudah sampai pada titik mengkhawatirkan. Kalau tidak ditertibkan, generasi Buru ke depan akan kehilangan masa depannya,” ujar Nico Nurlatu, Jumat (21/11/2025).
Ia menilai bahwa keberhasilan kebijakan ini tidak hanya bergantung pada aparat pemerintah, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif masyarakat adat dan warga setempat. Tanpa kesadaran kolektif, penertiban hanya akan menjadi siklus berulang yang tak pernah tuntas.
Selain Gunung Botak, perhatian serius juga diberikan pada Kali Anhoni, yang alirannya semakin dangkal akibat sedimentasi.
Sungai yang dahulu menjadi salah satu sumber kehidupan masyarakat Buru itu kini kehilangan fungsi ekologisnya. Pemerintah provinsi mulai melakukan pengangkatan sedimen untuk memulihkan aliran sungai tersebut.
Nico menegaskan bahwa pemulihan Kali Anhoni merupakan langkah strategis yang sejalan dengan upaya memperbaiki keseimbangan lingkungan Pulau Buru secara keseluruhan. Ia berharap masyarakat dapat turut menjaga kawasan tersebut pasca penanganan pemerintah.
“Ini bukan hanya soal penertiban, tapi penyelamatan tanah adat kita. Pemerintah sudah membuka jalan, sekarang masyarakat harus ikut menjaga,” tegasnya.
Dukungan dari tokoh adat seperti Nico menjadi penguatan moral bagi pemerintah dalam melanjutkan penertiban dan pemulihan lingkungan di Pulau Buru.
Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat adat, dan warga setempat disebut sebagai kunci untuk mengakhiri kerusakan ekologis yang telah berlangsung lama.
Dengan adanya sinergi tersebut, Maluku kini memiliki kesempatan untuk membangun sejarah baru—sejarah tentang kepedulian terhadap alam, komitmen menjaga tanah adat, dan tekad bersama memulihkan bumi Buru demi generasi yang akan datang.
Kaperwil Maluku (SP)







