Oleh: Muhamad Daniel Rigan.
Sentul, Bogor, Kamis, 21 November 2025
Berkuda bukan sekadar olahraga atau aktivitas rekreasi; ia adalah seni yang memadukan kepercayaan, komunikasi, dan keseimbangan antara manusia dan hewan.
Sejak ribuan tahun lalu, kuda telah menjadi sahabat manusia mulai dari alat transportasi, mitra dalam peperangan, hingga teman setia di medan petualangan.
Di era modern, berkuda terus berkembang menjadi kegiatan yang menenangkan, menantang, sekaligus menginspirasi.
Saat seseorang menaiki punggung kuda, ia memasuki dunia di mana bahasa utama bukan kata-kata, melainkan gerakan kecil, sentuhan halus, dan ritme napas.
Kuda dapat merasakan emosi penunggangnya; ketenangan akan membuatnya mengikuti, tetapi ketakutan atau keraguan bisa membuatnya gelisah.
Di sinilah keindahan berkuda terpancar hubungan yang terbangun bukan melalui paksaan, melainkan rasa saling percaya.
Selain membangun koneksi emosional, berkuda juga memberikan manfaat fisik yang signifikan.
Setiap langkah kuda memaksa tubuh untuk mempertahankan keseimbangan, menguatkan otot inti, meningkatkan postur, serta melatih refleks dan koordinasi.
Tidak heran jika berkuda menjadi salah satu aktivitas yang direkomendasikan untuk terapi rehabilitasi fisik maupun mental.
Namun yang paling memikat dari berkuda adalah kebebasan yang dirasakannya.
Angin yang berhembus, tanah yang bergetar seirama derap kaki, dan pemandangan luas di depan mata menciptakan sensasi yang sulit digantikan.
Dalam momen-momen itu, manusia seolah menyatu dengan alam dan menemukan kedamaian yang sederhana.
Berkuda mengajarkan kesabaran, keberanian, dan rasa hormat kepada makhluk hidup lain.
Ia mengingatkan bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada kendali penuh, melainkan kemampuan untuk bekerja bersama—dua makhluk, satu tujuan, dan satu irama.
Kaperwil Maluku (SP)







