Oleh: Muz MF. Latuconsina
Langkah kaki Bupati Buru, Ikram Umasugi, yang memimpin langsung kerja bakti di lokasi pembangunan RSUD Namlea bukan sekadar aksi simbolis seorang pemimpin.
Itu adalah pesan yang kuat: pembangunan sejati harus berpijak pada tanah, rakyat, dan nilai-nilai adat yang hidup.
Di bawah bendera Program Pulau Sehat dan Bebas Hepatitis C, kerja bakti ini menjadi awal dari perjalanan panjang menuju pelayanan kesehatan yang lebih layak, merata, dan bermartabat di Pulau Buru. Tidak berlebihan jika disebut bahwa inilah titik mula peradaban baru di bidang kesehatan yang dibangun dari gotong royong dan semangat masohi — warisan luhur masyarakat Bupolo.
Ketika tanah dibersihkan, sejatinya kita sedang membersihkan jalan menuju harapan. Rumah Sakit Umum Namlea yang akan dibangun dan diletakkan batu pertamanya oleh Menteri Kesehatan RI bersama Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa pada Kamis, 17 Juli 2025, bukan sekadar proyek infrastruktur. Ia adalah lambang tekad kolektif untuk mengangkat martabat manusia Buru dalam hal kesehatan dan kehidupan yang lebih baik.
Adat mengajarkan bahwa tidak ada pembangunan tanpa restu tanah dan leluhur. Maka ketika rakyat dan pemimpin bersama-sama menyapu tanah dan menata ruang, sesungguhnya mereka sedang membuka pintu berkah untuk generasi yang akan datang.
Pemerintah Kabupaten Buru patut diapresiasi atas kesadaran ini. Kerja bakti yang dipimpin langsung oleh bupati menjadi contoh konkret bahwa pembangunan tidak harus selalu diawali dengan upacara megah, melainkan cukup dengan ketulusan, keringat, dan kebersamaan.
Kini tinggal bagaimana semua pihak — dari pusat hingga desa — menjaga semangat awal ini. Agar RSUD Namlea benar-benar hadir sebagai rumah sehat bagi rakyat, dan bukan hanya bangunan yang kehilangan makna.
Karena di tanah ini, setiap pembangunan bukan hanya soal proyek, tapi soal sejarah dan harga diri orang Buru.
Kaperwil Maluku (SP)