Keberadaan, Ketiadaan, dan Perjalanan Manusia

Sebuah Renungan Oleh: Muhamad Daniel Rigan

Dalam perjalanan hidup, selalu ada ruang antara masa lalu dan masa depan. Dulu meninggalkan kenangan, sekarang membentuk cerita, dan esok membuka perjalanan baru.

Bacaan Lainnya

Waktu sesungguhnya tidak berubah yang berubah adalah manusia, cara pandangnya, serta pengetahuan yang ia temukan sepanjang hidup.

Begitu pula zaman: ia tidak bergerak lebih cepat atau lebih lambat; yang bergerak adalah paradigma berpikir kita.

Tidak ada yang benar-benar disebut masa tua. Yang ada hanyalah perjalanan pulang sebuah kembali menuju asal, menuju hakikat terdalam dari keberadaan kita. Pada akhirnya, manusia berjalan dari tiada menuju ada, lalu kembali lagi menuju tiada.

Hidup sebagai Bayangan, Mati sebagai Kepastian

Segala cerita hidup pada dasarnya hanyalah susunan kata dan bahasa: simbol-simbol yang memberi bentuk pada apa yang kita rasakan.

Bahkan segala wujud yang tampak nyata sebenarnya hanyalah kiasan. Hidup, dengan segala kesibukan dan kebahagiaannya, seperti bayangan yang bergerak mengikuti cahaya; sementara mati adalah kenyataan yang tak berubah dan tak terelakkan.

Manusia yang dianggap beruntung ataupun rugi di bumi, pada akhirnya tetap berada dalam lingkaran kesia-siaan.

Sebab untung dan rugi hanyalah permainan dalam ruang keberadaan sementara orang berhikmat belajar melihat sesuatu yang lebih dalam: ketiadaan sebagai sumber makna.

Keberadaan Bersumber dari Ketiadaan

Ada tidak muncul dari ada. Ia muncul dari tiada. Seperti kekayaan yang lahir dari kekurangan, keberadaan pun bersumber dari ketiadaan.

Orang bijak memahami hal ini: bahwa setiap kelebihan ada karena kekurangan pernah dialami. Bahwa setiap pencapaian berawal dari ruang kosong dari ketidak punyaan, dari ketidakmampuan, dari kekosongan yang memaksa kita tumbuh.

Karena itu, orang ber hikmat tidak akan melupakan mereka yang berkekurangan.

Ia memahami bahwa kekurangan adalah guru yang membentuk kekuatan. Bahwa mereka yang sedang berada dalam keterbatasan sedang berada pada tahap yang pernah dilalui oleh semua hal besar.

Perjalanan hidup bukan tentang menjadi yang paling beruntung atau paling kaya, melainkan tentang memahami makna dari keberadaan itu sendiri.

Ketika kita sadar bahwa hidup adalah bayangan dan mati adalah kenyataan, kita mulai melihat dunia dengan lebih jernih.

Tidak lagi terjebak pada permainan untung dan rugi, tetapi menapaki kehidupan dengan kebijaksanaan, kerendahan hati, dan kesadaran bahwa segala sesuatu berasal dari ketiadaan dan akan kembali kepadanya.

Kaperwil Maluku (SP)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *