Fokuspost.com | Maluku – Kepulauan Maluku sejak dahulu kala dikenal kaya akan cengkeh (syzygium aromaticium), dan pala (myristica fragrans) dua komoditas rempah-rempah yang kala itu menjadi primadona dunia. Dimana cengkeh di Kepulauan Maluku berasal dari ‘Empat Pulau Gunung Maluku’ (Maloko Kie Raha) : Ternate, Tidore, Moti, dan Makian. Sedangkan pala berasal dari empat pulau kecil lainnya di tengah Laut Banda : Lonthor, Neira, Rhun, dan Ai. Komoditas rempah-rempah ini kala itu sangat mahal di benua Eropa.
Sebelumnya sejak beberapa abad sebelum masehi, para saudagar Arab melalui Samudera Hindia melintasi Iskandariyah dan Laut Tengah, serta para pedagang Cina nelalui Jalur Sutra melintasi Asia Tengah dan Asia Barat, yang membawa dan memperkenalkan cengkeh didaratan Eropa. Bandar-bandar besar Tyre di Yunani dan Venesia di Italia menjadi pelabuhan rempah-rempah Maluku memasuki kehidupan dan peradaban Eropa. (Topatimasang, 2013).
Selain sebagai bumbu masakan, rempah obat, dan ramuan wewangian, cengkeh dan pala juga menjadi bahan utama pengawet bahan makanan, sehingga makanan dapat disimpan selama bermusim-musim. Bahkan kalau dirunut kebelakang, pada peradaban kebudayaan-kebudayaan besar di dunia seperti Mesir dan Mesopotamia telah lama menggunakan cengkeh.
Hal ini bisa dilihat dari catatan-catatan para biarawan Fransiskan, yang dikutip oleh van Frasen menyebutkan bahwa, cengkeh sebagai salah satu bahan utama pengawet mumi para Fir’aun, penguasa Mesir Kuno. Begitu pula beberapa pakar sejarah dan arkeologi menyatakan, rempah-rempah Maluku sudah ditemukan artefaknya di Lembah Mesopotamia (wilayah Iraq dan sekitarnya sekarang) pada 3.000 tahun sebelum masehi. (Brierly, 1994)
***
Terlepas dari itu, narasi tentang Cengkeh sudah cukup banyak baik itu dalam bentuk artikel lepas di media cetak, on line, jurnal maupun dalam wujud buku. Meski demikian tidak menghentikan berbagai kalangan untuk menulis tentang Cengkeh. Kali ini hadir lagi dalam bentuk buku, yang merupakan sebuah karya dari duet penulis Dr. Asri Subkhan Mahulette, SP., MP, dan Anggra Alfian, M.Si., yang berjudul : ”Mengenal Cengkih Tuni dari Maluku”. Buku ini diterbitkan oleh Deepublish, Yogyakarta pada tahun 2022 lalu.
Buku ini menarik bagi khalayak yang gemar membaca tentang Cengkeh sebagai tanaman produktif berumur panjang. Pasalnya Cengkeh memiliki manfaat dalam bidang kesehatan, yakni : mengatasi reumatik, pegal linu, masuk angin, mengatasi mual dan beberrapa manfaat lainnya. Begitu pula Cengkeh memiliki manfaat dalam bidang industri, yakni : industri rokok, makanan, farmasi, dan industri kosmetik dan farfum. Oleh karena itu, Cengkeh memiliki prospek positif bagi perekonomian warga masyarakat dan negara
Secara lugas duet penulis yang memiliki profesi sebagai dosen ini mengemukakan bahwa, buku ini disusun berdasarkan berbagai kajian Cengkeh Tuni. Hal ini menandakan jika karya ini komprehensif dari sisi pendekatan ilmiah, karena terdapat pendapat para ilmuan yang ekspert pada bidangnya dikemukakan dalam konten buku ini. Sehingga menambah bobot kualitas buku ini, sebagai suatu karya yang lahir dari pemikiran ilmiah.
Begitu pula terdapat hasil riset yang dipaparkan pada buku ini, sebagai suatu komparasi dalam penulisan buku ini. Aspek yang tidak kalah penting dari buku ini, yakni substansi kehadiran karya anyar ini guna menggiatkan kembali budidaya Cengeh Tuni di Maluku, sebagai upaya untuk mendukung program pemerintah dalam mengembalikan kejayaan rempah-rempah di bumi raja-raja Maluku. Hal ini tidak terlepas dari Cengeh Tuni sebagai suatu varietas Cengkeh unggul di tanah air.
Buku karya dua akademisi dari Universitas Pattimura, dan Universitas Muhamadiyah Palopo ini berisi informasi penting tentang karakteristik tanaman Cengkeh Tuni. Hal ini mencakup karakter agronomi terutama potensi produksi bunga (flower bud), maupun karakter minyak asiri (esential oil) untuk tujuan perdagangan. Pada sisi lain, buku ini juga menyoroti tentang rantai nilai dan strategi dalam pengembangan Cengkeh Tuni secara berkelanjutnan (sustainability).
Kaperwil Maluku (SP)