Fokuspost.com | Maluku – Menjelang Pilkada Buru 2024, calon Bupati Muhamad Daniel Rigan mengajak partai pengusung, tim sukses, relawan, simpatisan dan semua pihak agar menghindari politik identitas karena bisa membuat perpecahan dalam masyarakat.
Pernyataan ini disampaikan MDR usai mengikuti rapat pleno terbuka pengundian dan penetapan nomor urut di aula kantor Bupati, Namlea, Senin, (23/9/2024)
Menurut MDR, politik identitas adalah kegiatan politik berdasarkan indentitas individu baik etnis, ras, suku hingga agama. Dampak dari politik identitas juga cukup serius karena bisa menyerang golongan tertentu yang menimbulkan diskriminasi hingga radikalisasi. “Oleh karena itu, mari ciptakan demokrasi yang sehat serta menjadi pemilih bijak dan cerdas”, pinta MDR.
Menurut MDR, politik identitas yang tidak terkendali dapat mengakibatkan konflik SARA, fundamentalisme dan radikalisme agama, serta manuver politik yang penuh propaganda kebencian terhadap pihak lain.
Lanjutnya, politik identitas merupakan fenomena yang sering muncul ketika elemen-elemen sosial seperti agama, etnis, ras atau golongan tertentu digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan politik. Fenomena ini bisa menjadi pisau bermata dua; di satu sisi ia dapat memperkuat rasa solidaritas dan identitas dalam kelompok tertentu, tapi di sisi lain, ia bisa menyebabkan perpecahan dan ketegangan sosial yang merusak.
Tambah MDR, dampak negatif politik identitas sangat luas. Pertama, ia dapat menyebabkan polarisasi dalam masyarakat. Ketika politikus menggunakan identitas tertentu untuk mendapatkan dukungan, mereka secara tidak langsung menciptakan garis pemisah antara “kami” dan “mereka”. Ini dapat menyebabkan masyarakat terpecah menjadi kelompok-kelompok yang saling berhadapan.
Kedua kata MDR, politik identitas dapat memicu diskriminasi. Ketika satu kelompok diperlakukan berbeda berdasarkan identitasnya, itu bisa menjadi landasan bagi tindakan diskriminatif, yang pada akhirnya dapat memperdalam ketidakadilan sosial.
“Politik identitas juga dapat menyebabkan kekerasan antar kelompok, karena ketegangan yang dihasilkan dari eksploitasi indentitas dapat memicu konflik yang lebih luas”, tutup MDR.
Kaperwil Maluku (SP)