Fokuspost.com | Maluku – Oleh : Dr. M.J. Latuconsina,S.IP,MA
Staf Dosen Fisipol Unpatti
”Yang menjadi pena adalah kebaikan, yang menjadi tinta adalah kemanusiaan.” (Najwa Shihab).
***
Sosok Bodewin Melkias Wattimena (BMW) merupakan figur yang santun. Saya pernah bersua dengannya dua tahun yang lalu di ruang kerjanya, kala ia mengemban jabatan Penjabat (Pj) Walikota Ambon. Ia katakan ”mari Pak Jen maso” dan saya pun masuk ruanganya. Pembicaraan kita santai-santai saja diliputi suasanya yang familiar. Jika saya mengontaknya, tak sempat diangkat lantaran sibuk, BMW beberapa menit kemudian menelpon balik dan katakan, ”bagimana Pak Jen” dan saya pun mengutarakan tujuan pembicaraan saya.
Ini berbeda dengan pimpinan sebelumnya, tatkala saya kontak untuk keperluan organisasi langsung merijek telpon saya. Padahal saat pencoblosan di Pemilu pimpinan sebelumnya mengahubungi saya, dan mengakomodir urusannya. Begitu pun tatkala pertama kali BMW mengemban jabatan sebagai Pj Walikota Ambon, sampah bertebaran di beberapa titik di Kota Ambon. Bisa kita maklumi transisi jabatan yang berdampak kepada mandeknya kebijakan pengelolaan sampah.
BMW tak kehabisan akal, ia menyadari armadah sampah sudah lanjut usia dan insentif dari para petugas persampahan yang belum tuntas. Sambil ia benahi kedua masalah ini, ia pun melakukan koordinasi intes dengan stakeholders strategis baik itu dari unsur pemerintah, kalangan swasta dan TNI/POLRI, untuk berkolaborasi menuntaskan sampah.
Pada akhirnya sampah-sampah yang menggunung dan menimbulkan bau, yang tidak menyenangkan dan menyehatkan tersebut dapat BMW tuntaskan. Apa yang dilakukannya tersebut bukan semata-mata untuk mencari popularitas. Tapi sebagai Pj Walikota Ambon ia tengah menjalankan tugas-tugas pokok pemerintahan, yang melekat pada dirinya
Hal ini sebagaimana dikatakan Ratna Solihah (2019) dalam bukunya : ”Pengantar Ilmu Pemerintahan, ”, bahwa ”tugas pemerintah adalah mengatur dan melayani masyarakat. Tugas pengaturan lebih menekankan kekuasaan yang melekat pada jabatan birokrasi. Sedangkan tugas melayani menekankan : upaya mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik, mempersingkat waktu proses pelaksanaan urusan publik, serta memberikan kepuasan kepada publik.”
***
Ide menuntaskan persoalan sampah di Kota Ambon melalui manajemen kolaboratif, dengan mengikusertakan stakeholders strategis dari unsur pemerintah, kalangan swasta dan TNI/POLRI. Hal ini menunjukan BMW merupakan sosok smart, respons dalam menjawab kebutuhan pelayanan warga Kota Ambon menyangkut dengan persoalan sampah.
Dengan kinerjanya itu, warga Kota Ambon memiliki kepercayaan (trust) terhadapnya. Pasalnya, ia tak hanya berjanji, tapi secara akuntabel bisa merealisasikan janjinya itu dengan pekerjaan rill dan tuntas. Ini hanya salah satu kebijakan kolaboratinya, dari sekian banyak kebijakan serupa ditenggat waktu tiga tahun lebih masa jabatannya, yang pendek tersebut dengan kewenangan yang tidak terlampau besar layaknya walikota defenitif. Tapi ia dapat berbuat baik, untuk kepentingan publik di kota yang berjuluk manise ini.
***
Tak hanya sebatas itu saja, ada kebaikan-kebaikannya yang bagi saya seperti layaknya seorang saudara kandung dikeluarga sendiri. Ia sosok yang memiliki sense of humanity yang begitu tinggi. Hadir tatkala kita membutuhkan. Saya yakin BMW mampu mentranformasi sisi sense of humanity-nya, untuk memberikan pelayanan kepada warga Kota Ambon, yang efektif dan efesien. Sehingga warga Kota Ambon terpuaskan. Dan ini nilai lebihnya BMW (social capital), untuk Ambon yang berkemajuan, berkemanusiaan dan Ambon yang bermartabat.
Kaperwil Maluku (SP)