Editorial Oleh: Muz MF. Latuconsina
Setelah tiga tahun lamanya Kabupaten Buru berjalan dalam kendali tangan-tangan sementara, saat ini rakyat Buru akhirnya kembali menatap masa depan dengan senyum penuh harap.
Bupati Ikram Umasugi dan Wakil Bupati Sudarmo, yang baru bukan sekadar pemimpin hasil pilkada, melainkan simbol kembalinya ruh kepemimpinan yang sah dan berakar dari suara rakyat sendiri.
Tiga tahun adalah waktu yang cukup untuk menyadarkan masyarakat betapa pentingnya pemimpin yang tinggal, bekerja, dan mencintai daerahnya secara utuh.
Dimasa transisi, banyak harapan menggantung, banyak keluhan tak sempat ditampung, dan jalan-jalan rusak menjadi metafora luka panjang yang menunggu disembuhkan.
Kini, dengan hadirnya pemimpin definitif, masyarakat ingin lebih dari sekadar janji. Mereka ingin bukti, ingin perubahan, ingin Buru yang lebih baik.
Jalan-jalan kota Namlea yang berlubang bukan hanya kerusakan fisik, melainkan simbol dari ketertinggalan yang harus segera ditambal.
Pasar-pasar yang kumuh, pelayanan publik yang lamban, dan generasi muda yang resah menanti masa depan semua kini menitipkan asa di pundak Bupati dan Wakil Bupati terpilih.
Harapan masyarakat sederhana tapi dalam: agar pemimpin ini tidak hanya duduk di atas kursi empuk kekuasaan, tapi turun menyentuh debu jalanan, mendengar detak jantung desa, dan merasakan denyut nadi rakyat kecil.
Mereka ingin pemimpin yang hadir bukan hanya saat kampanye, tapi terus menyatu dalam suka dan duka, dari gunung sampai pesisir, dari dusun terpencil sampai pusat kota.
Kini, masyarakat Buru tidak lagi ingin menjadi penonton pembangunan yang berjalan lamban. Mereka ingin berlari bersama, bekerja bersama, dan membangun bersama.
Kepada Bupati dan Wakil Bupati yang baru, Buru menitipkan seluruh harap, agar tanah ini tidak lagi disebut tertinggal, melainkan tumbuh, tangguh, dan bermartabat.
Pemimpin boleh berganti, tapi harapan rakyat tetap abadi: agar Buru menjadi rumah yang layak dan membanggakan bagi seluruh anak negerinya.
Kaperwil Maluku (SP)